<p>PT Pupuk Indonesia (Persero). / Pupuk-indonesia.com</p>
Industri

Pupuk Indonesia Ekspor 843.072 Ton Dalam 3 Bulan

  • Holding PT Pupuk Indonesia (Persero) mencatatkan kinerja ekspor produk pupuk dan nonpupuk dengan volume sebesar 843.072 ton, hingga 7 April 2020.

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

Holding PT Pupuk Indonesia (Persero) mencatatkan kinerja ekspor produk pupuk dan nonpupuk dengan volume sebesar 843.072 ton, hingga 7 April 2020.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat menjelaskan ekspor hanya bisa dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, khususnya untuk sektor pangan dan pupuk bersubsidi.

“Para produsen pupuk sebisa mungkin terus melakukan penjualan ekspor untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyumbang devisa negara dan kembali memperkuat nilai rupiah, namun dengan tetap mengutamakan pemenuhan pupuk dalam negeri,” kata Aas di Jakarta dilansir Antara, Rabu, 6 Mei 2020.

Produk yang diekspor tersebut terdiri dari 556 ton alumunium flourida, 187.515 ton amoniak, 27.500 ton NPK dan 627.501 ton urea.

Menurut Aas, capaian ekspor tersebut meningkat jika dibandingkan tahun lalu. Hal itu karena sedang tingginya kebutuhan produk pupuk dan nonpupuk di pasar internasional.

Kinerja ekspor ini dilakukan Pupuk Indonesia melalui empat produsen yang tergabung dalam Holding BUMN Pupuk, yaitu PT Pupuk Kujang Cikampek, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kaltim dan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.

“Ekspor ini pun dimungkinkan lantaran stok kebutuhan dalam negeri saat ini sudah melebihi batas ketentuan stok dari pemerintah hingga tiga kali lipat, yaitu 1.049.541 ton dari ketentuan sebesar 351.517 ton,” kata Aas.

Tujuan ekspor terbesar Pupuk Indonesia didominasi negara-negara Asia seperti Filipina, Vietnam, Jepang, India, Thailand, Taiwan, Singapura, Malaysia, Korea Selatan dan China.

Selain Asia, Australia, Amerika Serikat, Meksiko, Chile, Afrika Selatan, Kolombia, dan Mesir masih menjadi tujuan ekspor dengan permintaan yang cukup besar untuk produk urea.

Sementara itu, sepanjang kuartal I-2020, total penjualan produk Pupuk Indonesia mencapai 3.804.530 ton, yang terdiri dari penjualan pupuk sebesar 3.508.970 ton dan produk non pupuk sebesar 295.560 ton. Volume tersebut tumbuh 17,73% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 3.231.522 ton.

Produksi Pupuk

Sepanjang kuartal I-2020, PT Pupuk Indonesia (Persero) mencatakan pertumbuhan produksi produk pupuk sebesar 14,15%. Hingga 31 Maret 2020, produksi pupuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mencapai 3.104.341 ton, meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 2.664.924 ton. Total produksi tersebut terdiri dari 2.070.140 ton urea, 688.196 ton NPK, 132.473 ton SP-36, 212.262 ton ZA, dan 1.270 ton ZK.

Aas Asikin mengatakan, pertumbuhan tersebut dikarenakan kondisi pabrik yang dapat beroperasi secara optimal dengan rate yang cukup tinggi. “Kinerja produksi kami selalu menunjukan pertumbuhan setiap tahunnya, terutama sejak berbagai upaya transformasi yang dicanangkan sejak 2017. Peningkatan volume produksi salah satunya juga disebabkan pengoperasian pabrik Amurea II yang mulai komersil sejak Agustus 2018,” kata Aas.

Aas menegaskan, produksi Pupuk Indonesia diprioritaskan pasokan pupuk untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya untuk sektor tanaman pangan. “Bila kebutuhan untuk subsidi dan sektor pangan dalam negeri sudah terpenuhi dan stoknya dipastikan aman, baru kita akan menjual hasil produksi ke sektor komersil maupun ekspor,” jelas Aas.

Kapasitas produksi Pupuk Indonesia sendiri mencapai total 14.012.500 ton per tahun untuk segala jenis pupuk, dengan rincian 9.362.500 ton urea, 3.380.000 ton NPK, 500.000 ton SP-36, 750.000 ton ZA dan 20.000 ton ZK.

Tak hanya produk pupuk, produksi non pupuk perusahaan pelat merah ini juga mengalami peningkatan di tiga bulan pertama tahun ini. Tercatat, produksi non pupuk mencapai 1.872.026 ton, lebih tinggi dibanding produksi periode sama tahun lalu yang sebesar 1.504.810 ton.

Menurut Aas, berkat langkah transformasi bisnis yang telah dilakukan, kini biaya produksi pupuk dapat lebih efisien. Sebagai contoh, dalam hal efisiensi pemakaian bahan baku, sepanjang 2019 perseroan mencatatkan realisasi rasio konsumsi gas untuk urea sebesar 27,56 mmbtu/ton, lebih efisien dari rencana 28,28 mmbtu/ton. Sedangkan rasio konsumsi gas untuk amoniak sebesar 35,92 mmbtu/ton yang juga lebih efisien dari rencana sebesar 36,05 mmbtu/ton.

“Efisiensi ini penting dalam mengurangi beban pemerintah atas subsidi, termasuk untuk peningkatan daya saing produk Pupuk Indonesia Grup,” kata Aas. (SKO)