JSOW.jpg
Dunia

Putin Ancam Nuklir, Biden Tambah Bantuan Rp121 Triliun ke Ukraina

  • Dalam paket kali ini untuk pertama kalinya Amerika akan menyediakan Ukraina amunisi luncur Joint Standoff Weapon (JSOW) AGM-154.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA- Presiden Amerika Joe Biden mengumumkan bantuan militer tambahan untuk Ukraina senilai hampir US$8 miliar atau sekitar Rp 121 triliun (kurs Rp15.200). Ini akan menjadi salah satu bantuan militer terbesar yang pernah diterima Ukraina dari Amerika dalam 31 bulan melawan invasi Rusia.

Pengumuman itu disampaikan Biden sebelum bertemu dengan mitranya dari Ukraina Volodymyr Zelensky. Juga hanya beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin meningkatkan ancaman nuklirnya terkait bantuan barat untuk Ukraina. Hal ini menandakan Biden seperti tidak gentar dengan ancaman Putin. 

Bantuan ini akan memberi Ukraina senjata serang jarak jauh, pertahanan udara , dan pelatihan untuk pilot F-16.

“Selama hampir tiga tahun, Amerika Serikat telah menggalang dukungan dunia untuk mendukung rakyat Ukraina saat mereka mempertahankan kebebasan mereka dari agresi Rusia, dan telah menjadi prioritas utama pemerintahan saya untuk memberikan Ukraina dukungan yang dibutuhkannya untuk menang,” kata Biden dalam sebuah pernyataan pada Kamis 27 September 2024 pagi waktu Washington.

Bantuan baru tersebut berasal dari dua sumber pendanaan. Sebagian besarnya  yakni sektiar US$5,5 miliar  atau sekitar Rp83 triliun berasal dari pendanaan Otoritas Penarikan Dana Presiden (PDA). Program tersebut mengirimkan peralatan militer ke Ukraina dari stok Amerika. Artinya dana digunakan untuk membeli senjata untuk memasok kembali gudang senjata Amerika. 

Yang kedua senilai US$2,4 miliar  atau sekitar Rp36 triliun akan berasal dari Prakarsa Bantuan Keamanan Ukraina (USAI). Bagian ini menyediakan uang kepada Ukraina untuk membeli barang-barang langsung dari produsen. Dana ini akan memberi Ukraina pertahanan udara tambahan, Sistem Udara Nirawak,  amunisi udara-ke-darat, serta memperkuat basis industri pertahanan Ukraina.

Senjata Baru

Dalam paket kali ini untuk pertama kalinya Amerika akan menyediakan Ukraina amunisi luncur Joint Standoff Weapon (JSOW) AGM-154. Senjata udara ke darat tanpa mesin itu akan digunakan oleh F-16 yang disumbangan ke Ukraina. Senjata ini memiliki jangkauan lebih dari 110 km tergantung pada profil penerbangan. 

JSOW tidak memiliki jangkauan rudal jelajah yang diluncurkan dari udara seperti Storm Shadow /Scalp-EG buatan Inggris-Prancis yang telah diterimanya. Atau rudal jelajah Taurus KEPD 350 buatan Jerman yang telah lama didambakannya. 

AGM-154 juga tidak memiliki kemampuan, jangkauan, daya hantam yang kuat, atau kemampuan siluman seperti rudal jelajah AGM-158 JASSM. Senjata  yang paling diinginkan Ukraina untuk F-16-nya. Namun rudal ini tetap memberi Ukraina senjata yang dapat ditembakkan dari jarak yang lebih aman pertahanan udara musuh. Dengan jarak ini senjata dapat diluncurkan dari luar jangkauan banyak sistem pertahanan udara lawan. 

Biden juga memerintahkan Pentagon untuk memperbarui dan menyediakan Ukraina dengan baterai pertahanan udara Patriot tambahan untuk Ukraina. Termasuk rudal yang ditembakkan Patriot. 

Biden memerintahkan Pentagon untuk memperluas pelatihan bagi pilot F-16 Ukraina. Termasuk dengan mendukung pelatihan 18 pilot tambahan tahun depan.  Ukraina hanya memiliki sekitar setengah lusin pilot yang dilatih untuk menerbangkan F -16 ketika jet pertama dikirim musim panas ini. Dan satu telah meninggal. Kurangnya pilot dan pelatihan yang kuat untuk mendukung armada yang dapat mencapai hampir 100 jet telah menjadi perhatian utama Kyiv.

Biden tidak menyebutkan sistem apa yang akan diberikan kepada Ukraina berdasarkan pendanaan PDA tambahan. Namun, pada hari Rabu, Pentagon mengumumkan paket baru senilai US$375 juta yang mencakup sumbangan pertama JSOW. 

Paket  PDA ke-66 tersebut juga mencakup amunisi untuk HIMARS, amunisi artileri 155mm dan 105mm, rudal anti tank Javelin dan AT-4 serta Rudal TOW. Selain itu juga kendaraan lapis baja tambahan M1117, kendaraan anti ranjau dan penyergapan (MRAP) dan sejumlah kendaraan lain.

Pengumuman pendanaan bantuan baru itu muncul saat Zelensky mengunjungi AS untuk menggalang dukungan bagi rencana kemenangannya yang belum diungkapkan. Rencana itu disebut-sebut mencakup jaminan jangka panjang untuk bantuan keamanan,  serta permintaan senjata jarak jauh dan kemampuan untuk menggunakannya jauh di dalam wilayah Rusia. Sesuatu yang sejauh ini ditolak Biden.

Meskipun Zelensky belum secara terbuka mengungkapkan rencana kemenangannya, hal itu disambut dengan skeptis oleh pemerintahan Biden. The Wall Street Journal mengutip pejabat Amerika melaporkan rencana tersebut dinilai tidak memiliki strategi yang komprehensif. Dan tidak lebih dari sekadar permintaan yang dikemas ulang untuk lebih banyak senjata, serta  pencabutan pembatasan rudal jarak jauh.

Hal yang pasti  senjata-senjata itu tidak akan tiba dengan cepat. Apa yang direncanakan Amerika, pada dasarnya adalah menjanjikan bantuan selama setahun sekaligus. Di sisi lain Ukraina sedang menghadapi serangan yang semakin sulit dari Rusia, terutama di wilayah timur. Tempat beberapa kota terancam jatuh . Ukraina masih terus berusaha maju secara bertahap di wilayah Kursk Rusia. Tetapi masih belum jelas berapa lama lagi Zelensky dapat menyediakan personel dan perlengkapan untuk kedua front tersebut.

Satu hal yang jelas, pengumuman Biden ini muncul setelah ancaman tegas Putin terkait penggunaan nuklir. Negara itu telah melonggarkan doktrin nuklirnya dan mengatakan, serangan ukraina ke Rusia yang didukung negara nuklir akan dianggap sebagai serangan bersama. Ancaman berapi-api Putin seperti dianggap sepele oleh Biden.