Presiden Rusia Vladimir Putin
Dunia

Putin Tuding Barat dan Ukraina Picu Keresahan di Dagestan

  • Presiden Vladimir Putin menuduh Barat dan Ukraina memicu keresahan di Rusia. Itu setelah para pendemo di wilayah Dagestan yang mayoritas Muslim menyerbu bandara untuk menangkap penumpang Yahudi dalam penerbangan dari Tel Aviv.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Presiden Vladimir Putin menuduh Barat dan Ukraina memicu keresahan di Rusia. Itu setelah para pendemo di wilayah Dagestan yang mayoritas Muslim menyerbu bandara untuk menangkap penumpang Yahudi dalam penerbangan dari Tel Aviv.

Amerika Serikat (AS) mengutuk peristiwa tersebut. Penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak menegaskan Kyiv tidak ada hubungannya dengan kekerasan tersebut. Sementara seorang Rabbi senior Rusia mengatakan harus ada tanggapan tegas terhadap mereka yang ambil bagian.

Video yang diperoleh Reuters dari bandara di Makhachkala, ibu kota regional Dagestan, menunjukkan para pendemo, kebanyakan pemuda, mengibarkan bendera Palestina, mendobrak pintu kaca dan berlari melintasi bandara pada Minggu 29 Oktober 2023 malam.

Satu kelompok terlihat mencoba menyeret truk patroli polisi. Sementara video lainnya menunjukkan para pendemo di landasan pacu mengelilingi pesawat Red Wings yang baru tiba dari Tel Aviv.

Salah satu plakat yang diarak oleh para pendemo dalam sebuah postingan media sosial yang tidak diverifikasi mengatakan, ‘Tidak ada tempat bagi pembunuh anak di Dagestan.’ Spanduk lain berkata, ‘Kami menentang pengungsi Yahudi.’

Kerusuhan di Dagestan, di mana kekuatan keamanan Rusia pernah melawan pemberontakan Islamis, merupakan masalah serius bagi Putin, yang saat ini terlibat dalam perang di Ukraina dan berusaha menjaga stabilitas di dalam negeri menjelang pemilihan presiden yang diharapkan tahun depan.

Putin menuduh Barat dan Ukraina membantu memicu kerusuhan melalui media sosial. Dia menyebut upaya itu sebagai bagian agenda Washington untuk menciptakan kekacauan global guna memastikan dominasinya yang berkelanjutan dan mencegah pesaing seperti Rusia mengambil tempat mereka dalam dunia multipolar baru.

Berbicara pada pertemuan dengan kepala keamanan, Putin mengatakan pasukan bayangan yang didukung AS berusaha untuk mengacaukan dan memecah masyarakat multi-etnis dan multikonfesional. “Untuk tujuan ini, mereka menggunakan berbagai cara, seperti yang dapat kita lihat, kebohongan, provokasi, dan teknologi canggih agresi psikologis dan informasi.”

“Peristiwa di Makhachkala tadi malam juga diilhami melalui jejaring sosial, tak terkecuali dari wilayah Ukraina, oleh tangan agen dinas khusus Barat.” Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, sebelumnya menuduh Ukraina memiliki peran langsung dan kunci dalam mempersiapkan provokasi tersebut.

Zakharova merujuk pada sumber online yang terkait dengan mantan anggota dewan Rusia Ilya Ponomaryov, yang berbasis di Ukraina dan dikenal sebagai pendukung anti-Kremlin.

Ponomaryov mengatakan dia pernah menjadi investor dalam saluran Telegram yang memanggil orang untuk pergi ke bandara tetapi tidak lagi memiliki keterkaitan dengannya.

Massa berkumpul di bandara setelah pesan di saluran, Utro Dagestan, mendesak warga Dagestan untuk menemui “tamu tak diundang” dan meminta pesawat dan penumpangnya untuk berbalik dan terbang ke tempat lain.

Saluran tersebut, yang kemudian dilarang oleh Telegram, tidak menggunakan kata Yahudi tetapi menyebut penumpang pesawat sebagai najis. “Kita harus menunggu mereka di jalan di luar bandara dan menangkap mereka sebelum mereka berpisah,” kata sebuah pesan di saluran tersebut.

Pengejaran Bus

Polisi mengatakan mereka telah menangkap 60 orang terkait kerusuhan tersebut. Shmuel, seorang warga negara Israel berusia 26 tahun dan salah satu penumpang, mengatakan kepada publikasi Israel Ynet, polisi telah memindahkan penumpang ke sebuah bus yang dikejar-kejar oleh para pengacau di sekitar bandara.

“Bus terus berputar dan orang-orang mengejarnya dan melempar batu. Saya meletakkan koper saya di dekat jendela,” katanya. “Pada satu titik, para penumpang telah ditanyai oleh penduduk setempat tentang agama mereka,” lanjutnya.

“Mereka masuk, mendatangi satu per satu, dan bertanya apakah mereka seorang Muslim atau seorang Yahudi. Saya bilang saya seorang Muslim, karena saya sangat takut mati. Untungnya, mereka percaya dan melanjutkan,” katanya.

Belum jelas dalam situasi apa pertanyaan tersebut dilakukan, dengan seorang penumpang lain memberitahu situs berita Mediazona bahwa sekelompok kecil penduduk setempat telah menunjukkan dokumen penumpang di sebuah bangunan bandara tempat penumpang ditahan saat itu.

Rabi Alexander Boroda, presiden Federasi Komunitas Yahudi Rusia, menyerukan tanggapan tegas. “Kerusuhan tersebut merusak fondasi dasar negara multikultural dan multinasional kita dan sentimen anti-Israel yang dipicu oleh peristiwa di Timur Tengah telah berubah menjadi agresi terbuka terhadap orang-orang Yahudi Rusia,” kata Boroda.

“Lebih dari itu, kita melihat bahwa otoritas setempat tidak siap menghadapi insiden semacam ini dan membiarkan pelanggaran hukum dan ketertiban berskala besar serta demonstrasi massal dengan ancaman terbuka terhadap orang Yahudi dan Israel,” lanjutnya.

“Saya mendesak kepemimpinan negara dan lembaga penegak hukum untuk menemukan dan menghukum semua pengorganisir dan peserta tindakan anti-Semit ini dengan cara yang paling tegas.”

Menurut laporan dari agensi berita RIA, duta besar Israel untuk Rusia mengatakan tidak ada warga negara Israel yang terluka meskipun masih ada laporan yang belum dikonfirmasi mereka telah dibawa ke sebuah pangkalan militer sebelum diterbangkan keluar dari wilayah tersebut.

Otoritas penerbangan Rusia mengumumkan, bandara Makhachkala telah kembali beroperasi normal pada hari Senin sore, tetapi mengumumkan penerbangan dari Israel akan dialihkan sementara ke kota-kota lain di Rusia. Israel meningkatkan peringatan perjalanan ke wilayah Kaukasus Utara Rusia, termasuk Dagestan, ke level tertinggi.

Kerusuhan tersebut menyusul beberapa insiden anti-Semit lainnya dalam beberapa hari terakhir di wilayah tersebut sebagai tanggapan atas perang Israel melawan militan Hamas di Gaza. Israel telah mendesak otoritas Rusia untuk melindungi warga Israel dan Yahudi di wilayah hukum mereka.