Rahasia Dibalik Kesuksesan Manajemen Netflix: Talent Density
- Reed Hastings, pendiri Netflix bekerja sama dengan Erin Meyer menulis buku yang mengupas model bisnis Netflix yang sukses namun tidak konvensional berjudul "No Rules Rules: Netflix and the Culture of Reinvention".
Dunia
JAKARTA - Awal mula didirikan pada tahun 1997, Netflix adalah layanan DVD by mail. Tidak ada yang membayangkan sekarang Netflix menjadi layanan streaming dengan jutaan pelanggan di seluruh dunia. Perusahaan ini bahkan memproduksi film dan acara televisi sendiri.
Reed Hastings, pendiri Netflix bekerja sama dengan Erin Meyer menulis buku yang mengupas model bisnis Netflix yang sukses namun tidak konvensional berjudul "No Rules Rules: Netflix and the Culture of Reinvention".
Buku No Rules Rules pertama kali diterbitkan tahun 2020, buku ini menjelaskan banyak mengenai budaya perusahaan Netflix yang sangat unik termasuk bagaimana karyawan diberikan kebebasan dan tanggung jawab yang luar biasa hingga akhirnya Netflix bisa sesukses sekarang.
- Album Terlaris Sepanjang Masa Artis YG Entertainment, BLACKPINK Mendominasi
- 6 Strategi Mengatur Keuangan Keluarga dengan Bijak
- Memilih Wadah Daging Kurban yang Ramah Lingkungan
Salah satu konsep yang disebut dalam buku tersebut adalah talent density.
Apa Itu Talent Density?
Melansir dari laman Crownek, Sabtu, 1 Juli 2023, talent density adalah jumlah kolektif bakat yang dimiliki oleh karyawan suatu perusahaan. Talent density juga dapat digunakan sebagai ukuran untuk membantu mengidentifikasi rasio karyawan yang sangat terampil dengan kinerja yang baik/buruk dalam tim.
Ketika Anda membangun tim profesional yang berbakat dan berkinerja baik, maka talent density perusahaan Anda akan tinggi. Sebaliknya, karyawan dengan kinerja yang buruk dapat menurunkan talent density tim secara keseluruhan. Singkatnya, kualitas lebih baik dibandingkan kuantitas.
Hastings menemukan konsep ini ketika Netflix harus dihadapkan pada pemecatan hampir sepertiga karyawannya. Ia awalnya khawatir akan dampak negatif pemecatan tersebut terhadap Netflix namun akhirnya ia memilih untuk mempertahankan karyawan berkinerja terbaik yang tidak hanya sangat kreatif tetapi juga bekerja dengan baik dalam tim dan memiliki sikap positif terhadap karyawan biasa yang berkinerja buruk.
- Upaya Dekarbonisasi di Asia Tenggara: Jauh Panggang dari Api
- Mengintip Jawa Tempo Dulu di Museum Sonobudoyo
- Takut Rahasia Jatuh ke Iran, Israel Tolak Kirim Iron Dome ke Ukraina
Hasilnya sungguh diluar dugaan, alih-alih produktivitas timnya menurun drastis. Tim Netflix kala itu menjadi lebih efisien dan lebih bersemangat setelah pemecatan. Kualitas pekerjaan karyawan menjadi meningkat. Hastings juga mengamati bahwa motivasi, inspirasi, dan kebahagiaan anggota tim menjadi meningkat. Saat itulah Hastings menyadari dampak besar talent density untuk perusahaannya.
Konsep talent density dapat mulai diterapkan saat proses perekrutan. Meskipun mungkin terdengar kejam, strategi ini berhasil membangun tim dan organisasi terbaik di seluruh dunia. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of New South Wales menunjukkan bahwa bahkan ketika anggota tim sangat berbakat dan cerdas, perilaku buruk salah satu individu mampu menurunkan keefektifan seluruh tim.