Rahasia Sukses Dede Koswara, Petani Milenial yang Punya Rumah Rp 2,5 M
Sebagian orang, apalagi kaum milenial masih menganggap remeh profesi petani. Bagi kaum milenial, image petani adalah selalu berlumur tanah, kulit bermasker lumpur, rambut bau matahari, dan tubuh selalu berkeringat. Namun gambaran itu terbantahkan setelah kita melihat aktivitas sosok Dede Koswara. Pria 32 tahun ini membuktikan petani merupakan pilihan profesi yang menjanjikan bagi kaum milenial. Buktinya […]
Lumbung Inspiratif
Sebagian orang, apalagi kaum milenial masih menganggap remeh profesi petani. Bagi kaum milenial, image petani adalah selalu berlumur tanah, kulit bermasker lumpur, rambut bau matahari, dan tubuh selalu berkeringat.
Namun gambaran itu terbantahkan setelah kita melihat aktivitas sosok Dede Koswara. Pria 32 tahun ini membuktikan petani merupakan pilihan profesi yang menjanjikan bagi kaum milenial. Buktinya Dede mampu meraup omset hingga Rp1,5 miliar per bulan dari pekerjaannya sebagai petani.
Dede yang merupakan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan Teknik Mesin ini mulai terjun menekuni pekerjaan sebagai petani di lahan pemberian orang tuanya seluas 1400 meter persegi atau 100 tumbak pada tahun 2010 lalu. Komoditas yang ditanam awalnya hanya tomat, kemudian bertambah, ada jagung dan cabai dengan lahan yang lebih luas menjadi 300 tumbak.
Tak puas, ia mulai mempelajari tentang diversifikasi komoditas, di mana ia menanam berbagai macam jenis sayuran untuk memenuhi permintaan pasar. Hingga akhirnya seiring permintaan pasar yang meningkat, ia mulai menanam labu acar dan laku keras di pasar.
Awal mula suksesnya penjualan labu acar adalah pada 2016, ketika ia berhasil membuka pasar di daerah Tangerang dan menjadi pemasok utama labu acar, khususnya di Pasar Induk Kemang dan Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang. Hal itu masih berjalan hingga saat ini.
Semua prosesnya dijalani dan dipelajari sendiri. Mulai dari seluk beluk bertani hingga memasarkan langsung produk yang dihasilkan ke pasar-pasar.
“Saya terjun dari nol dulu. Punya dua karyawan, saya sering sharing dengan perusahaan, dengan petani lalu diaplikasikan di kebun sendiri,” kata Dede.
Bertani labu ternyata mendatangkan keuntungan besar buat Dede. Ia kemudian membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Regge, yang menaungi para pengepul atau beci serta petani di wilayah Kecamatan Pasirjambu, Bandung, Jawa Barat.
Dalam sehari, Dede bisa menjual 20-40 ton labu acar ke pasar-pasar di berbagai daerah. Omset yang didapatkan berkisar Rp 50-100 juta. Kini ia pun bisa mencicipi jerih payahnya selama ini. Rumah seharga Rp 2,5 miliar dan kendaraan mewah bisa dimilikinya dari menjadi petani labu siam. Selain itu, hasil kerja keras Dede sebagai petani labu acar juga mengharumkan nama kampung halamannya, Ciwidey, yang kini menjadi salah satu pemasok labu acar setelah Lembang.
Saat ini, Dede memperluas jangkauan bisnis labu acarnya. Ia dan Gapoktannya bahkan saat ini dipercaya Bank BRI dalam program inkubator. Mendapat kucuran modal sebesar 400 juta Rupiah, Gapoktannya akan mulai membangun Demonstration Plot (demplot) Green House Paprika.
Upaya Mencari Cuan dari Bisnis Tanaman
Sejak adanya pandemi Covid-19, banyak orang mulai berpikir kreatif. Bahkan, sebagian dari mereka berusaha untuk meraup cuan dari bisnis tanaman.
Cara meraup cuan dari bisnis tanaman ini sebenarnya sederhana. Salah satunya lewat berkebun di rumah. Berkebun di rumah tak hanya menjadi sarana penyaluran hobi, nyatanya kegiatan ini memberi banyak manfaat bagi kesehatan (fisik dan mental) dan bahkan dapat menghasilkan pendapatan tambahan berupa cuan atau uang.
Winartania, pegiat Indonesia Berkebun mengatakan saat pandemi, masyarakat mulai tertarik untuk memanfaatkan kegiatan berkebun. Kebiasaan tersebut terus berlanjut hingga kasus Covid-19 mereda. “Jadi banyak teman-teman yang mulai tertarik untuk mencoba menanam di rumah dengan tanaman yang simpel, mudah tapi bisa menghasilkan, bisa membantu mencukupi kebutuhan di rumah,” ujar Winartania.
Salah satu tanaman yang menjadi primadona untuk ditanam adalah sayuran. Sayuran ini mudah ditanam di kebun rumah, bahkan di lahan terbatas sekalipun.
Winartania mengatakan, banyak jenis tanaman yang bisa diproduksi, seperti kangkung, bayam, cabai, hingga tomat. Hal itu dilakukan supaya ketika produksi tersebut telah mencukupi kebutuhan rumah, maka sisanya bisa dijual ke tetangga.
“Jadi mungkin kita bisa menanam yang mudah dulu, terus nanti kalau bisa panen berlebih bisa jual. Kebetulan kita di sekitar lingkungan kita banyak sayur sayuran lokal yang banyak disukai,” katanya.
Rekomendasi Pupuk dari PKT
Keberadaan pupuk sangat dibutuhkan agar tanaman tumbuh subur. Namun untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal, sebaiknya jangan sampai salah pilih pupuk yang akan digunakan.
Salah satu pupuk terbaik dan direkomendasikan untuk pertanian, terutama tanaman sayuran adalah pupuk NPK Pelangi produksi PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT). NPK Pelangi ini sangat cocok untuk semua jenis tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan.
NPK Pelangi memiliki beberapa komposisi. Untuk NPK Pelangi 20-10-10 dan 16-16-16 dianjurkan untuk tanaman pangan dan hortikultura seperti padi, jagung, cabai, tomat, kubis, dan berbagai jenis tanaman sayur. Sementara untuk komposisi 12-12-17-2, 15-15-6-4, dan 12-6-27-4 untuk jenis tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, karet, dan sebagainya.
Sesuai dengan namanya, unsur hara pada NPK Pelangi terdiri dari Nitrogen (N) yang diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar.
Kemudian Fosfor (P), berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya pada tanaman muda, serta mempercepat pembungaan dan pemasaran buah, biji, serta gabah. Sedangkan Kalium, bermanfaat untuk memperkuat tubuh tanaman seperti daun, bunga, dan buah agar tidak mudah gugur, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan serangan hama dan penyakit, serta membuat batang tanaman lebih kokoh sehingga mudah roboh.