<p>Suasana Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Ramadan Kerek Indeks Konsumsi 17 Persen, Belanja Pakaian yang Paling Diminati Masyarakat

  • Lembaga riset Continuum Data Indonesia memproyeksikan indeks konsumsi masyarakat naik hingga 17% pada Ramadan tahun ini. Di sisi lain, Continuum memperkirakan adanya penurunan indeks pendapatan sebesar 10%.

Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Lembaga riset Continuum Data Indonesia memproyeksikan indeks konsumsi masyarakat naik hingga 17% pada Ramadan tahun ini. Di sisi lain, Continuum memperkirakan adanya penurunan indeks pendapatan sebesar 10%.

Komponen konsumsi pakaian diperkirakan bakal yang paling mengalami pertumbuhan pesat. Konsumsi pakaian masyarakat melesat 47% pada Ramadan tahun ini.

Analisis Big Data Continuum Muhammad Azzam melihat, konsumsi masyarakat terhadap pakaian terdorong oleh sentimen Lebaran 2021.

Menurut survei yang dilakukan Continuum, belanja pakaian masyarakat paling banyak dilakukan melalui marketplace online.  Intensitas belanja pakaian online masyarakat meningkat hingga 47%. Adapun item pakaian yang paling banyak dicari adalah jeans dan kemeja

“Komponen konsumsi kebanyakan meningkat di belanja online, indeks yang kami buat menunjukan keyakinan masyarakat untuk membeli pakaian paling tinggi dibandingkan komponen lain,” kata Azzam dalam diskusi virtual “INDEF: Ekonomi Ramadan 2021, Lesu atau Bergairah?”, Senin 3 Mei 2021.

Kemudian, komponen konsumsi rumah tangga tercatat mengalami peningkatan terbesar kedua sebanyak 18%. Menurut Azzam, pertumbuhan belanja alat rumah tangga ini dipicu oleh masih maraknya tren bekerja di rumah.

Hal itu yang kemudian memantik masyarakat membelanjakan uangnya demi mendapatkan suasana kerja yang nyaman di rumah.

Secara beriringan, tren bekerja dari rumah yang masih dijalani sebagian besar masyarakat membuat belanja komunikasi dan jasa meningkat 8%.

Lalu komponen belanja berikutnya yang mengalami kenaikan antara lain restoran (6%), kesehatan (5%), makanan dan minuman (4%), transportasi (2%), dan perawatan pribadi (1%).

Di sisi lain, Azzam meninjau ada tiga komponen konsumsi yang mengalami penurunan pada Ramadan dan Lebaran tahun ini.

Komponen belanja masyarakat untuk perumahan, air, dan listrik yang menurun 21%. Menurunnya belanja tersebut terpengaruh berbagai sentimen kebijakan masyarakat.

Spend masyarakat untuk perumahan, air, dan listrik ini tertahan karena isu tarif listrik naik pada Juli, harga LPG naik, dan biaya surat-surat KPR yang membuat indeks perubahan turun 21%,” terang Azzam.

Continuum juga menemukan adanya kebijakan sekolah dari rumah membuat belanja sektor pendidikan susut 15%. Belanja sektor tersebut dipengaruhi juga oleh adanya penyesuaian biaya kuliah dan biaya minat yang membuat pos pengeluaran berkurang.

Dari segi komponen pendapatan, terdapat tiga komponen yang mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar pendapatan masyarakat berasal dari komponen wirausaha sebesar 39%.

“Wirausaha karena momen Ramadan dimanfaatkan oleh berjualan online, maka komponen pendapatan ini meningkat drastis,” kata Azzam.

Sementara itu, Azzam meninjau adanya peningkatan komponen pendapatan pengangguran sebesar 19%. 

Menurut Azzam, Itu menunjukan pengangguran di Indonesia mulai mengalami perbaikan pendapatan seiring dengan mulai dibukanya berbagai lapangan pekerjaan mulai tahun ini.