Ilustrasi industri manufaktur
Transportasi dan Logistik

Ramai PHK, Industri Manufaktur Diramal Cerah 6 Bulan ke Depan

  • Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai prospek industri pengolahan nonmigas atau manufaktur, tak terkecuali tekstil, masih cerah dalam enam bulan ke depan. Padahal, industri ini tengah berhadapan dengan isu kepailitan, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal hingga banjirnya produk impor.

Transportasi dan Logistik

Debrinata Rizky

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai prospek industri pengolahan nonmigas atau manufaktur, tak terkecuali tekstil, masih cerah dalam enam bulan ke depan. Padahal, industri ini tengah berhadapan dengan isu kepailitan, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal hingga banjirnya produk impor.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menyebutkan, penilaian tersebut didasarkan pada optimisme pelaku usaha yang mengalami peningkatan dan stabil di angka 73,3% atau naik 1,8% dibandingkan bulan sebelumnya. 

"Optimisme tersebut didasarkan pada sejumlah faktor, termasuk kebijakan pemerintah baru yang akan mendukung kondisi pasar dan iklim produksi yang lebih baik, meskipun isu perlambatan perekonomian global diperkirakan masih akan berlangsung hingga tahun 2025.," katanya dilansir pada Jumat, 1 November 2024.

Meski demikian, Febri menyebut industri manufaktur masih dibayangi persoalan banjirnya impor baik ilegal maupun legal. Hal ini dilihat dari terus menurunnya daya beli masyarakat yang tentunya akan mempengaruhi permintaan di dalam negeri.

Febri berharap tren penurunan suku bunga diharapkan akan semakin meningkatkan investasi dalam negeri dan meningkatkan pertumbuhan sektor industri dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat indeks kepercayaan industri (IKI) pada Oktober 2024 berada di level ekspansi sebesar 52,75. Angka ini naik 0,27 poin dibandingkan dengan September 2024 yang mencapai 52,48. 

Selain itu juga lebih tinggi daripada Oktober 2023 lalu sebesar 50,70. Pelantikan Presiden, Wakil Presiden, dan pembentukan Kabinet Merah Putih ditengarai mendorong optimisme pelaku usaha sektor industri. 

Hal ini tampak pada meningkatnya persentase pelaku usaha yang merasa optimis dan stabil menjadi 95,1%, dengan 73,3% pelaku usaha menyatakan optimisme terhadap kondisi usaha mereka. Angka ini naik 1,8% dibandingkan September 2024.

PMI Manufaktur Kontraksi 4 Bulan Berturut-turut

Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Oktober 2024 tercatat stagnan di level kontraksi sebesar 49,2 atau tidak ada perubahan dari bulan sebelumnya.

Indeks manufaktur nasional itu telah terkontraksi sejak Juli 2024 lalu di level 49,3 atau kontraksi pertama sejak 34 bulan ekspansif di atas 50, sementara pada Agustus merosot ke angka 48,9. 

Dalam laporan S&P Global terbaru, operasional manufaktur Indonesia masih mengalami penurunan dari sisi produksi, permintaan baru, dan ketenagakerjaan. 

Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan, hal tersebut dikarenakan aktivitas pasar yang belum bergairah karena ketidakpastian geopolitik yang menyebabkan klien waspada dan tidak bergerak.