Ramai-Ramai IPO, Tapi Erick Thohir Akui Kinerja 21 Persen Emiten BUMN Masih Loyo
- Erick Thohir menyebut ada enam dari 28 BUMN tercatat di Bursa Efek Indonesia yang kinerjanya tidak maksimal.
Korporasi
JAKARTA - Tahun depan bakal ada dua Badan Usah Milik Negara (BUMN) yang akan melakukan initial public offering (IPO) atau penawaran saham umum perdana. Di tengah ramainya perusahaan pelat merah go public, ternyata kinerja BUMN yang sudah tercatat tidak semulus yang diharapkan.
Hal itu diungkapkan Menteri BUMN Erick Thohir dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR RI belum lama ini. Dia menyebut, ada enam BUMN yang sudah IPO, atau sekitar 21,4% dari 28 BUMN tercatat, yang kinerjanya tidak maksimal. Hal ini kemudian menjadi perhatian Kementerian BUMN di masa depan.
"Kan kita tahu, ada 28 BUMN yang sudah go public tetapi yang 6 (BUMN) tidak maksimal. Nah kita juga tidak mau meng-IPO-kan BUMN yang tidak maksimal. Ini menjadi catatan dari kami," katanya dikutip dari Youtube Komisi VI DPR RI, Selasa, 7 Desember 2021.
- Bangun Pabrik Rokok IQOS, HM Sampoerna Realisasikan Investasi Rp2,4 Triliun
- 76 Perusahaan Pinjol Gulung Tikar, AFPI Tetap Pede
- Dituntut Uang Pesangon Rp40 Juta oleh Mantan Karyawan, Ini Kata Bank Mega
Erick tidak secara spesifik mengurai emiten BUMN mana yang kinerjanya melempem. Namun, dia menegaskan, kondisi tersebut menjadi fokus pihaknya ketika mendorong IPO perusahaan-perusahaan pelat merah.
"Kita cukup concern dengan IPO ini. Ada isu-isu yang terus kami pelajari," ucapnya.
Dia menjelaskan ada dua perusahaan BUMN yang segera melakukan IPO bulan ini. Pertama, PT Adhi Commuter Properti, anak perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI). Kedua, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
"Kami terus memantau karena ini kebijakan 2018 karena ini tidak seperti, mohon maaf, yang bapak-bapak kawal ke kami," katanya.
Tahun depan, Erick Thohir mengatakan, ada dua BUMN IPO yang akan menggelar IPO dan lima BUMN lainnya melakukan rights issue atau penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD).
Dia menjelaskan kelima BUMN yang akan menggelar rights issue antara lain PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF).
Sementara itu, dua BUMN yang akan melepas sahamnya ke publik tahun depan yaitu cucu PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), dan PT ASDP.
Menurut Erick, dua aksi korporasi tersebut dilakukan sebagai upaya konsolidasi keuangan perusahaan pelat merah untuk mendapatkan sumber pendanaan sendiri sehingga tidak lagi terus bergantung kepada pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN).
"Kami dari Kementerian BUMN berusaha keras agar kita juga tidak ingin memberikan beban yang terus-menerus kepada pemerintah apalagi kita tahu pada saat ini defisit anggaran ini sudah melebihi 3 persen," katanya.