Ramai-ramai Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2020
JAKARTA – Pandemi COVID-19 dan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat sejumlah pihak memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2020 berada di rentang 0,9%-1,9%. Perbaikan ekonomi usai PSBB diperkirakan mulai terjadi pada kuartal III-2020. “Ekonomi kembali berangsur membaik kuartal ketiga dan […]
Industri
JAKARTA – Pandemi COVID-19 dan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat sejumlah pihak memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2020 berada di rentang 0,9%-1,9%. Perbaikan ekonomi usai PSBB diperkirakan mulai terjadi pada kuartal III-2020.
“Ekonomi kembali berangsur membaik kuartal ketiga dan keempat sejalan rencana pemerintah untuk produktif tetap aman,” ujar Perry usai mengumumkan penurunan suku bunga acuan dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI secara daring di Jakarta, Kamis, 18 Juni 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurut dia, proyeksi itu mencermati pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 yang mencapai 2,97% dan diperkirakan merosot cukup dalam pada triwulan kedua 2020. Dengan sejumlah stimulus yang digelontorkan pemerintah, pertumbuhan ekonomi domestik pada 2021 diproyeksi melonjak menjadi 5%-6%.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 bakal terkontraksi hingga 3,1% akibat PSBB di sejumlah daerah.
“Ini pasti mempengaruhi kinerja ekonomi kuartal II yang kami perkirakan di negatif teritori yaitu minus 3,1%,” ujar Sri Mulyani secara terpisah.
Menkeu menyatakan perekonomian Indonesia akan mengalami titik terberat pada kuartal II seiring dengan berbagai lembaga survei yang turut memperkirakan berada di level antara 0,3% hingga terkontraksi 6%.
Sri Mulyani menegaskan, sejumlah upaya pemerintah dapat mulai memulihkan perekonomian pada kuartal III dan diharapkan menghasilkan angka positif pada kuartal IV sehingga target pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap tercapai.
“Kita masih menggunakan minus 0,4% sampai 2,3%. Meski poin estimasi kita semakin mendekati level 0%-1%,” kata Menkeu.
Sementara itu, Sri Mulyani menyatakan berbagai negara maju juga diprediksi mengalami tekanan pada kuartal II seperti Amerika Serikat (AS) turun 9,7%, Inggris anjlok 15,4%, Jerman merosot 11,2%, Perancis terjungkal 17,2%, dan Jepang terkontraksi 8,3%.
Tak hanya negara maju, negara berkembang juga turut diproyeksikan mengalami kontraksi pada kuartal II seperti India yang jeblok 12,4%, Singapura minus 6,8%, Malaysia anjlok 8%, serta hanya China yang naik tipis di level 1,2%.
Pada kesempatan lain, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memperkirakan ekonomi Indonesia akan terkontrasi di zona negatif 1% sepanjang tahun ini akibat terdampak COVID-19.
“Pandemi COVID-19 telah menimbulkan gangguan ekonomi signifikan di dunia dan di Indonesia,” kata Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein dalam pernyataan resmi.
Dalam laporan tambahan yang dirilis, ADB memperkirakan ekonomi Indonesia dapat kembali tumbuh 5,3% pada 2021. Saat yang sama, ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik pada 2020 hanya 0,1% atau turun dari perkiraan April 2,2%.
Proyeksi ini merupakan perkiraan pertumbuhan ekonomi terendah di kawasan sejak 1961. Negara lainnya di Asia Tenggara seperti Filipina dan Thailand juga akan terkontraksi masing-masing 3,8% dan 6,5% atau lebih berat dari Indonesia. (SKO)