logo
Kawasan tambang batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
Bursa Saham

Ramalan Dividen AADI hingga UNTR di Tengah Perubahan Lanskap Investasi Batu Bara

  • Saham perusahaan batu bara terkemuka di Indonesia, seperti PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) hingga PT United Tractors Tbk (UNTR), diprediksi tetap menarik bagi investor hingga 2026.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Saham perusahaan batu bara terkemuka di Indonesia, seperti PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) hingga PT United Tractors Tbk (UNTR), diprediksi tetap menarik bagi investor hingga 2026. Prospek ini didukung oleh arus kas bebas (FCF) yang kuat dan rasio dividen yang kompetitif di tengah perubahan lanskap investasi global.

Analisis BNI Sekuritas menunjukkan bahwa saham sektor batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi mendapatkan re-rating, seiring dengan meningkatnya minat investor global terhadap sektor ini. 

Keputusan beberapa bank dan manajer aset besar untuk keluar dari Net Zero Banking Alliance menandai pergeseran strategi investasi, terutama setelah Amerika Serikat, di bawah Presiden Donald Trump, mengumumkan keluar dari Perjanjian Paris. 

“Ini membuka peluang bagi investor besar seperti BlackRock dan Vanguard untuk kembali mempertimbangkan investasi di industri batu bara,” jelasnya dalam risetnya dikutip pada Jumat, 21 Februari 2025. 

Diperkirakan, sekitar US$1,7 miliar akan mengalir ke saham batu bara di Indonesia, berdasarkan pembobotan indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) serta potensi penyesuaian ulang (rebalancing) indeks tersebut. 

“Dengan valuasi yang sudah berada di titik terendah, rasio forward EV/EBITDA sebesar 3 kali pada 20 Februari 2025 menunjukkan peluang kenaikan, dibandingkan dengan rata-rata 2016-2020 sebesar 4,2 kali dan 2008-2015 sebesar 6,4 kali,” jelasnya

Meskipun harga batu bara diperkirakan turun ke level US$129 per ton, kinerja keuangan emiten tetap solid. BNI Sekuritas memproyeksikan return on equity (ROE) emiten batu bara mencapai 25% selama 2021-2026.

“Proyeksi tersebut naik dibandingkan dengan periode 2008-2015 sebesar 22% dan 2016-2020 sebesar 16%. Peningkatan margin laba bersih menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan ini,” tambah perusahaan dengan kode broker NI. 

Selain itu, rasio utang sektor batu bara menunjukkan tren penurunan menjadi 1,7 kali dibandingkan dengan 1,9 kali pada 2008-2015. Sementara itu, FCF diproyeksikan tumbuh 7% selama 2023-2026 menjadi US$2,7 miliar, seiring dengan penurunan belanja modal (capex) sebesar 14%.

Dalam hal dividen, BNI Sekuritas memperkirakan AADI akan membagikan dividen interim Rp 343 per saham dan dividen final Rp 525 per saham, dengan total Rp 868 per saham pada 2025 serta yield sebesar 11,3%. 

Selain itu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) diproyeksikan membayar dividen final Rp 293 per saham dengan rasio 70% dan yield 11%. Lalu, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) diprediksi mengucurkan dividen final Rp 293 per saham dengan rasio 60% dan yield 12,5%. 

Sementara itu, UNTR diperkirakan akan membagikan dividen interim Rp 729 per saham dan dividen final Rp 1.456 per saham, sehingga total dividen mencapai Rp 2.184 per saham, dengan rasio 43% dan yield 8,8%.

Dengan fundamental yang kuat dan tren investasi yang berubah, sektor batu bara di Indonesia tetap menjadi pilihan menarik bagi investor yang mengutamakan dividen tinggi serta potensi apresiasi harga saham.