Rancang Koperasi Binaan, IGL dan BTL Gelar Pertemuan dengan 15 Desa Binaan
- IGL dan BTL telah mengadakan pertemuan dengan 15 kepala desa binaan untuk menindaklanjuti program plasma kemitraan dan mekanisme pembentukan koperasi.
Nasional
GORONTALO - PT Inti Global Laksana (IGL) dan PT Banyan Tumbuh Lestari (BTL), keduanya merupakan mitra yang memasok bahan baku wood pellet untuk PT Biomasa Jaya Abadi (BJA), terus berupaya merealisasikan program plasma yang akan dilakukan melalui skema kemitraan.
Sebagai langkah awal, dalam waktu dekat PT IGL dan BTL akan membentuk koperasi yang menjadi wadah kemitraan antara perusahaan dengan penerima kompensasi program plasma. Zunaidi, Manager Community Development BJA Group, mengatakan untuk mempercepat pembentukan Koperasi maka pihak Perusahaan akan segera mengagendakan pertemuan dengan Dinas terkait antara lain Dinas Perindagkop, Dinas Pertanian dan Bappeda.
Dukungan dan arahan dari dinas-dinas terkait tersebut akan menjadi dasar dan kesuksesan dari pembentukan Koperasi Plasma Kemitraan yang sesuai dengan regulasi Pemerintah Daerah Kabupaten Pohuwato.
"Perusahaan bersama dinas-dinas terkait di Pemda Pohuwato akan segera membentuk koperasi. Targetnya, pada Desember 2024 tahapan-tahapan pembentukan koperasi sudah berjalan, antara lain pembentukan Panitia Penyelenggara Pembentukan Koperasi (P3K)," ujar Zunaidi dalam pertemuan dengan para kepala desa binaan, Sabtu 16 November 2024.
Pada Sabtu (16/11) lalu, IGL dan BTL telah mengadakan pertemuan dengan 15 kepala desa binaan untuk menindaklanjuti program plasma kemitraan dan mekanisme pembentukan koperasi. Hadir dalam kegiatan tersebut 13 kepala desa (kades) binaan dan satu perwakilan dari desa binaan.
Mereka antara lain Kades Suka Damai, Kades Yipilo, Kades Wonggarasi Tengah, Kades Wonggarasi Barat, Kades Londoun, dan Kades Popayato. Kemudian Kades Bunto, Kades Trikora, Kades Telaga Biru, Kades Maleo, Kades Marisa, Kades Kelapa Lima, dan Kades Milangodaa.
Zunaidi, menjelaskan, sosialisasi ini digelar sebagai wujud komitmen perusahaan untuk melaksanakan kewajiban perusahaan dalam melaksanakan program kompensasi plasma atau kemitraan. Nantinya, petani plasma penerima kompensasi kemitraan yang berasal dari 15 desa binaan IGL dan BTL yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Pohuwato akan memperoleh dana kompensasi melalui koperasi setelah perusahaan melakukan pemanenan gamal atau kaliandra.
Menurut Zunaidi kemitraan tanaman gamal ini nantinya berbeda dengan plasma kelapa sawit. Biasanya, plasma kelapa sawit dibangun menggunakan dana kredit pinjaman bank yang akan menjadi utang koperasi. Sehingga, petani plasma harus mengangsur pinjaman tersebut menggunakan dana sisa hasil usaha (SHU).
Sementara kemitraan tanaman gamal yang dirancang BJA Group nantinya tidak menggunakan dana pinjaman bank. Sehingga, petani akan menerima dana kompensasi tanpa ada kewajiban angsuran ke bank.
Dalam program kemitraan ini, Zunaidi bilang, kepala desa binaan akan memiliki peran penting terkait keakuratan data petani yang layak menerima kompensasi kemitraan. Memang, sebelumnya sudah ada penetapan plasma kelapa sawit wilayah binaan IGL dan BTL berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Pohuwato pada 2016 lalu.
Namun, surat keputusan tersebut masih menyebutkan kelapa sawit sebagai komoditasnya. Sementara IGL dan BTL sudah berganti komoditas menjadi tanaman gamal dan kaliandra. Sehingga, perusahaan akan mengajukan surat permohonan perubahan atas SK Bupati tersebut.
"Seleksi calon penerima kompensasi harus benar-benar tepat sasaran. Ini peran besar para kepala desa binaan. Sebab, nilai kompensasi per hektare per siklus tanam sudah ditetapkan hingga makin banyak jumlah petani penerima akan sangat berpengaruh terhadap besaran kompensasi yang diterima masing-masing petani anggota koperasi," ujar Zunaidi.
Dukungan Desa Binaan
Kepala Desa Londoun Lodrik Dantene, salah satu desa binaan BJA Group, mengapresiasi kegiatan sosialisasi program kemitraan yang digelar oleh perusahaan. Melalui kegiatan ini, masyarakat Pohuwato, khususnya yang berada di desa binaan, akan mengetahui bahwa perusahaan ternyata serius dan bukan hanya berjanji untuk menerapkan kemitraan dengan masyarakat, terutama dalam program plasma.
"Membentuk koperasi plasma bagi desa binaan sangat penting agar pengelolaan dan pembagian hak bagi penerima bisa dilakukan secara terbuka dan transparan. Karena itu saya berterima kasih kepada pihak perusahaan yang telah dan akan terus mengupayakan terbentuknya koperasi sampai pada pelaksanaannya sesuai ketentuan yang berlaku," kata Lodrik.
Kepala Desa Wonggarasi Barat Lopi Halid juga mengapresiasi perusahaan yang telah menempuh sejumlah langkah untuk merealisasikan program kemitraan melalui pembentukan koperasi. Menurutnya, 15 desa binaan perusahaan mengharapkan agar perusahaan bisa mengomunikasikan program ini ke instansi terkait di Kabupaten Pohuwato sehingga pembentukan koperasi berjalan lancar.
"Sebelumnya, saya sering mempertanyakan kapan program plasma akan direalisasikan. Namun, harus dipahami bahwa perusahaan memang telah mengubah komoditas dari kelapa sawit ke gamal sehingga program tersebut harus menunggu produksi dari hasil tanaman gamal sesuai regulasi. Meski begitu, perusahaan sudah memulai beberapa langkah untuk merealisasikan program kemitraan. Ini yang harus dipahami bersama, kata Lopi.
Lopi mengapresiasi respons perusahaan yang akan melibatkan 15 kepala desa binaan sebagai Panitia Penyelenggara Pembentukan Koperasi (P3K). Masing-masing kepala desa nantinya akan mengadakan musyawarah di tingkat desa untuk mengajukan namanama petani yang berhak menerima dana kompensasi kemitraan, khususnya mereka yang masuk dalam kategori keluarga miskin.
"Dari kegiatan sosialisasi kemarin, kami melihat tanaman gamal sudah masuk diameter 10 cm sehingga secepatnya perusahaan akan melakukan produksi dan koperasi kemitraan secepatnya bisa jalan. Insya Allah, masyarakat bisa sejahtera untuk mendapatkan hasil koperasi yang dikelola oleh desa binaan dan perusahaan," imbuh Lopi.
Dalam kegiatan sosialisasi tersebut, para kepala desa juga diajak untuk mengunjungi area pembibitan gamal dan area penanaman. Dalam kunjungan tersebut, para kepala desa binaan bisa menyaksikan secara langsung area penanaman yang masih berumur kurang dari satu bulan hingga tanaman gamal yang sudah berumur lebih dari dua tahun.
Melalui kunjungan tersebut, para kepala desa mendapatkan pemahaman bahwa hutan tanaman energi yang tengah dikembangkan IGL dan BTL tidak akan berdampak risiko banjir. Sebab, tidak seluruh lahan akan dibuka. Sebagian lahan tetap akan dipertahankan untuk area konservasi, antara lain untuk buffer zone sungai.
"Dalam membuka lahan, kami sangat memperhatikan aturan sesuai regulasi lingkungan hidup dan kehutanan," tegas Zunaidi.