
Rangkuman Ekonomi Awal Pekan: IHSG Anjlok, Deflasi, dan Utang Menumpuk
- Pekan ini pasar keuangan Indonesia menghadapi tekanan berat. Hal itu ditandai anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta meningkatnya kekhawatiran terhadap daya beli masyarakat.
Makroekonomi
JAKARTA - Pekan ini pasar keuangan Indonesia menghadapi tekanan berat. Hal itu ditandai anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta meningkatnya kekhawatiran terhadap daya beli masyarakat.
Ketidakpastian terkait Sovereign Wealth Fund (SWF) Danantara serta aksi jual menjelang libur Lebaran mendorong pelemahan di berbagai sektor. Pada hari ini, Senin, 24 Maret 2025, IHSG merosot 2,27% ke level 6.116,15, mencerminkan penurunan 11,61% sejak awal tahun.
Sebanyak 489 saham mengalami koreksi, sementara hanya 100 saham yang mencatatkan kenaikan. Transaksi di bursa mencapai Rp3,93 triliun, dengan tekanan terbesar datang dari saham blue chip, terutama di sektor perbankan dan BUMN.
Modal Asing Keluar
Modal asing terus keluar dari pasar, dengan net sell sepanjang 2025 mencapai Rp30,82 triliun. Dalam pekan ketiga Maret, terjadi capital outflow Rp4,25 triliun. Pasar saham mencatat jual bersih Rp4,78 triliun, sementara obligasi negara (SBN) mencatat beli bersih Rp1,20 triliun.
Indikator risiko investasi meningkat, terlihat dari naiknya Credit Default Swap (CDS) 5 tahun menjadi 88,51 basis poin dari sebelumnya 81,20 basis poin. Data penerimaan pajak menunjukkan tanda-tanda pelemahan konsumsi.
Pada Januari 2025, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) hanya Rp24,6 triliun, angka terendah sejak 2014. Hal ini menjadi sinyal kuat bahwa daya beli masyarakat melemah, seiring dengan ketidakpastian ekonomi yang mempengaruhi pola konsumsi.
- Harga Emas Antam Hari Ini Menguat Tipis jadi Segini
- Pupuk Indonesia Sabet 3 Penghargaan dan Rahmad Pribadi Dinobatkan sebagai CEO Visioner
- 5 Aplikasi Online Shop Terbaik untuk Membeli Komponen Komputer
Deflasi Nasional
Fenomena deflasi juga mengindikasikan lemahnya permintaan. Pada Februari 2025, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,1% secara tahunan (YoY), terendah sejak Januari 2000.
Survei Bank Indonesia menunjukkan penurunan indeks keyakinan konsumen, terutama terkait lapangan kerja dan pendapatan, yang menyebabkan masyarakat menahan belanja.
“Anggapan itu membuat keyakinan konsumen terhadap penghasilannya ikut melemah,”papar Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center, Christiantoko, dalam keterangan resminya di Jakarta, dikutip Senin, 24 Maret 2025.
Sektor ritel terkena dampak langsung, tercermin dari kontraksi penjualan eceran. Produk seperti pakaian, bahan bakar kendaraan, serta peralatan informasi dan komunikasi mengalami penurunan permintaan.
Indeks penjualan riil diperkirakan turun 0,5% YoY pada Februari. Sementara itu, penjualan kendaraan bermotor juga melemah, dengan ritel kendaraan turun 10% dan distribusi pabrik ke dealer turun 4,5% dalam dua bulan pertama 2025.
“Jadi jangan heran kalau para pedagang di Tanah Abang pun mulai banyak yang mengeluh sepinya pembeli,” tambah Christiantoko.
Total Utang Negara
Di tengah tantangan ekonomi, pemerintah menjaga keseimbangan fiskal dengan strategi pengelolaan utang yang lebih hati-hati.
Per 31 Januari 2025, total utang pemerintah mencapai Rp8.909,14 triliun, naik 1,21% dari Desember 2024. Rasio utang terhadap PDB stabil di 39,6%, turun sedikit dari 39,7% di akhir 2024.
Untuk mengatasi tekanan ekonomi, strategi utama pemerintah meliputi optimalisasi penerimaan negara melalui pajak dan sumber pendapatan lainnya.
Selain itu pemerintah juga melakukan belanja yang lebih efisien dan produktif guna memberikan dampak ekonomi positif, serta mengusahakan pembiayaan yang prudent dan berkelanjutan guna menjaga keseimbangan fiskal.
Pemerintah juga fokus berinvestasi pada sumber daya manusia (melalui program makan bergizi gratis), ketahanan pangan dan energi, serta UMKM. Target rasio utang dalam RPJMN 2025-2029 ditetapkan pada 39,15% pada 2025 dan diharapkan turun ke 39,01%-39,10% pada 2029.