<p>PT Malindo Feedmill Tbk /Dok. Perusahaan</p>
Korporasi

Rantai Pasokan Terganggu, Malindo Feedmill Merugi Rp38,83 Miliar

  • Emiten pakan ternak PT Malindo Feedmill Tbk membukukan kerugian sebagai efek dari menurunnya kinerja bisnis perusahaan selama 2020. Emiten berkode MAIN ini membukukan rugi bersih sebesar Rp38,83 miliar pada 2020.

Korporasi

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA – Emiten pakan ternak PT Malindo Feedmill Tbk membukukan kerugian sebagai efek dari menurunnya kinerja bisnis perusahaan selama 2020. Emiten berkode MAIN ini membukukan rugi bersih sebesar Rp38,83 miliar pada 2020.

Direktur Malindo Feedmill Lau Joo Hwa menjelaskan, merosotnya kinerja perusahaan merupakan dampak dari pandemi COVID-19. Pembatasan pergerakan masyarakat selama 2020 membuat rantai pasokan produk terganggu sehingga permintaan produk pakan ternak menurun. 

Sementara perusahaan mampu mendulang laba bersih mencapai Rp152 miliar pada 2019. Kerugian yang dialami oleh MAIN bersumber dari penjualan usaha bersih yang merosot 6% menjadi Rp7 triliun pada 2020 dari sebelumnya Rp7,4 triliun pada 2019.

Lesunya penjualan usaha dialami oleh berbagai lini bisnis perusahaan. Pendapatan segmen pakan ternak (feedmill) perusahaan melorot 9% year on year (yoy) menjadi Rp4,21 triliun pada 2020.

Sementara segmen pembibitan (breeder) ikut menurun 9% yoy menjadi Rp1,30 triliun pada tahun lalu. Hanya segmen ayam pedaging (broiler) yang naik tipis 4% yoy menjadi Rp1,28 triliun pada 2020.

Kinerja keuangan semakin tertekan usai beban pokok penjualan yang tidak turun signifikan selama 2020. Perusahaan mencatatkan beban pokok penjualan hingga Rp6,3 triliun pada 2020 dari sebelumnya Rp6,55 triliun pada 2019.

Dalam menopang operasional, MAIN memutuskan meningkatkan pinjaman jangka bank jangka pendek menjadi Rp954 miliar pada 2020. Sebelumnya, pinjaman bank jangka pendek MAIN tercatat Rp872 miliar pada 2019.

Adapun total liabilitas perusahaan selama 2020 menjadi Rp2,52 triliun. Capaian ini turun tipis dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,53 triliun. Sementara jumlah ekuitas perusahaan hingga akhir 2020 mencapai Rp1,98 triliun.

Dengan demikian, Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan pada 2020 mencapai 1,27 kali. Dengan kata lain, jumlah kewajiban perusahaan sudah melampaui modal bersih pada 2020.