Rapor Merah BUMN Karya 2020: Proyek Negara Ditunda, Kinerja Babak Belur
Ditundanya proyek-proyek pemerintah sepanjang tahun pandemi 2020 membuat kinerja keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya babak belur.
Korporasi
JAKARTA – Ditundanya proyek-proyek pemerintah sepanjang tahun pandemi 2020 membuat kinerja keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya babak belur.
Setidaknya empat BUMN Karya sudah merilis laporan keuangan tahunan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) per Kamis 1 April 2021. Dari empat BUMN Karya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dan PT Hutama Karya (Persero) harus menelan pil pahit akibat kerugian yang diderita sepanjang 2020.
Sementara itu, dua perusahaan konstruksi pelat merah PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengalami penurunan laba cukup dalam. Sedangkan, satu emiten konstruksi pelat merah PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) belum kunjung merilis laporan keuangan tahunan.
“(Penurunan kinerja) ini disebabkan oleh anggaran infrastruktur pemerintah yang habis dipotong sekitar 30 persen tahun lalu untuk penanganan pandemi,” ujar Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nasional Taufik Widjoyono ketika dihubungi TrenAsia.com belum lama ini.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Pemerintah memang sempat merevisi anggaran infrastruktur di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari sebelumnya Rp423,3 triliun menjadi Rp281 triliun pada 2020. Alhasil, penundaan proyek-proyek infrastruktur pun terjadi sepanjang tahun lalu.
Tertundanya proyek-proyek infrastruktur pemerintah pun berdampak terhadap kinerja keuangan BUMN Karya yang pendapatannya didominasi oleh proyek-proyek tersebut. Berikut kinerja keuangan BUMN Karya selama periode 2020.
1. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk
PT PP (Persero) Tbk (PTPP) membukukan laba bersih sebesar Rp128,72 miliar sepanjang 2020. Angka ini anjlok 84,37% dibandingkan dengan nilai laba bersih tahun sebelumnya senilai Rp819,46 miliar.
PTPP mencatat pendapatan usaha senilai Rp15,83 triliun pada tahun lalu. Capaian ini melorot 32,84% dari realisasi pendapatan usaha 2019 yang mencapai Rp23,57 triliun.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- Tandingi Telkomsel dan Indosat, Smartfren Segera Luncurkan Jaringan 5G
- Bangga! 4,8 Ton Produk Tempe Olahan UKM Indonesia Dinikmati Masyarakat Jepang
Meski begitu, perseroan berhasil menekan beban pokok pendapatan hingga 32,58% menjadi Rp13,66 triliun pada 2020 dari Rp20,26 triliun pada tahun sebelumnya. Hal ini diikuti oleh penurunan pada beban usaha sebesar 28,89% menjadi Rp583,71 miliar.
Arus kas dan setara kas PTPP pun ikut melorot 17,38% menjadi Rp7,51 triliun pada 2020. Di periode sebelumnya, arus kas dan setara kas mencapai Rp9,09 triliun.
2. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai Rp185,7 miliar pada tahun pandemi 2020. Itu berarti laba bersih WIKA terjungkal 91,87% setara Rp2 triliun dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp2,28 triliun.
Laba bersih tahun berjalan turut terjun 87,7% menjadi Rp322,2 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp2,62 triliun.
- Ekonom Dukung Aturan Baru OJK Agar Perusahaan Teknologi Bisa Segera IPO
- Terbongkar! Bukalapak IPO Agustus 2021, Bidik Dana Rp11,4 Triliun
- Mengenal Fintech Cashwagon: Pinjaman Online Cepat Tanpa Repot
Pendapatan WIKA pun ikut merosot 39,25% menjadi Rp16,53 triliun. Padahal, perusahaan konstruksi pelat merah ini dapat meraup pendapatan Rp27,21 triliun di tahun sebelumnya.
Turunnya pendapatan ini diperparah dengan meningkatnya beban lain-lain yang naik menjadi Rp2,23 triliun. Jumlah itu meningkat tajam dari tahun lalu yang hanya sebesar Rp37,71 miliar.
3. PT Waskita Karya (Persero) Tbk
PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) mencatat rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp7,3 triliun pada 2020. Padahal, WSKT masih mencatat laba Rp938,14 miliar pada 2019.
Meski begitu, WSKT masih mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp16,19 triliun selama 2020. Angka pendapatan ini merosot 48,42% jika dibandingkan dengan 2019 senilai Rp31,39 triliun.
Di sisi lain, WSKT berhasil menekan beban pendapatan menjadi Rp18,17 triliun atau turun 29,51% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp25,78 triliun.
- Tidak Mampu Bayar Kupon Global, BEI Gembok Saham Garuda Indonesia
- Basis Investor Ritel Menguat, Kemenkeu Optimis SBN Ritel Diburu Investor
- 23 Perusahaan Antre IPO: Pak Erick, Masih Belum Ada BUMN di Daftar BEI
Kendati demikian, dengan beban pendapatan yang lebih besar dari pendapatan, perusahaan mencatat rugi bruto sebesar Rp1,98 triliun di 2020. Padahal pada tahun sebelumnya, WSKT meraup laba kotor Rp5,6 triliun.
Akhirnya, Waskita Karya harus menelan pil pahit akibat menderita rugi bersih tahun berjalan senilai Rp9,49 triliun. Padahal, tahun sebelumnya WSKT masih meraup laba tahun berjalan Rp1,02 triliun. Sehingga, perseroan menderita rugi per saham dasar Rp543,58 dari sebelumnya laba Rp69,11 per lembar.
4. PT Hutama Karya (Persero)
BUMN Karya non emiten, PT Hutama Karya (Persero) mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp1,81 triliun pada 2020. Capaian ini berbanding terbalik dengan catatan periode sebelumnya yang masih meraup laba bersih Rp1,84 triliun.
Pendapatan Hutama Karya pun merosot 18% menjadi Rp21,64 triliun di 2020. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp26,39 triliun.
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- Cegah Ledakan Kasus COVID-19, Pemerintah Geser dan Hapus Hari Libur Nasional Ini
- Penyaluran KPR FLPP: BTN Terbesar, Tiga Bank Daerah Terbaik
Pendapatan yang menurun berefek langsung pada kerugian perseroan sepanjang 2020. Hutama Karya mencatatkan rugi sebelum pajak sebesar Rp1,91 triliun.
Dengan demikian, perusahaan mencatatkan rugi tahun berjalan pada 2020 sebesar Rp2,06 triliun. Kerugian ini bahkan melebihi laba tahun berjalan pada 2019 yang mencapai Rp2,02 triliun. (SKO)