Pekerja di PT Timah Tbk. (timah.com)
Nasional

Rasio Utang PT Timah Naik di Tahun 2023 Akibat Arus Kas Bermasalah

  • Pada tahun 2021, nilai aset PT Timah mencapai Rp14,6 triliun, kemudian menurun menjadi Rp13 triliun pada tahun 2022, lalu turun menjadi Rp12,85 triliun pada tahun 2023.
Nasional
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - PT Timah (Persero) Tbk (TINS) melaporkan terjadi peningkatan dalam rasio utang kena bunga terhadap ekuitas (interest bearing debt to equity) pada tahun 2023. Ini disebabkan oleh permasalahan arus kas membuat pinjaman perusahaan melonjak.

Direktur Utama PT Timah, Ahmad Dani Virsal, menyatakan interest bearing debt perseroan mencapai sekitar Rp3,5 triliun pada tahun 2023, mengalami kenaikan sebesar 26% dari tahun sebelumnya (2022) yang sebesar Rp2,7 triliun.

“Karena ini mengalami kesulitan cash flow, jadi kita memperbesar pinjaman dan akibatnya juga kita mengalami peningkatan suku bunga dari kegiatan perbankan,” ungkapnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR, pada Selasa, 2 April 2024.

Ahmad menambahkan, kenaikan interest bearing debt ini juga dipengaruhi oleh penurunan nilai aset dan ekuitas PT Timah dalam 3 tahun terakhir, yang diakibatkan oleh berkurangnya stok logam timah perusahaan.

Pada tahun 2021, nilai aset PT Timah mencapai Rp14,6 triliun, kemudian menurun menjadi Rp13 triliun pada tahun 2022, lalu turun menjadi Rp12,85 triliun pada tahun 2023.

“Stok kita juga berkurang dan nilai stok logam kita juga berkurang, jadi memang dari sisi aset di 2023 itu sebesar Rp12,85 triliun turun 1,6% dibandingkan posisi akhir tahun 2022,” papar Ahmad.

Dari sisi ekuitas, pada tahun 2021 tercatat Rp6,3 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp7 triliun di tahun 2022, namun mengalami penurunan kembali pada tahun 2023 menjadi Rp6,2 triliun.

Rugi Bersih

Sementara itu, PT Timah mengalami rugi bersih sebesar Rp449,69 miliar di tahun 2023. Penurunan ini disebabkan oleh pendapatan yang anjlok sebesar 32,88% menjadi Rp8,39 triliun.

Penurunan volume penjualan logam timah sebesar 6.420 metrik ton dan penurunan harga jual rerata logam timah sebesar U$D 4.891 per metrik ton dari tahun 2022 juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Perseroan mencatat liabilitas sebesar Rp6,6 triliun di tahun 2024, mengalami kenaikan sebesar 9,7% dari posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp6 triliun. Selain itu, pinjaman bank dan utang obligasi pada akhir tahun 2023 mencapai Rp3,5 triliun, naik dari sebelumnya sebesar Rp2,8 triliun.