Ratusan Pelaku Industri Pariwisata Bali Siap Jalani New Normal
DENPASAR – Ratusan pelaku usaha Industri pariwisata Bali menyatakan siap untuk menjalani tatanan normal baru yang nantinya akan mengedepankan sejumlah protokol sesuai dengan instruksi pemerintah. Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Bali Febrina Budiman mengatakan terdapat 400 tur operator dan biro perjalanan (travel agent) mengaku siap menyambut new normal di industri […]
Gaya Hidup
DENPASAR – Ratusan pelaku usaha Industri pariwisata Bali menyatakan siap untuk menjalani tatanan normal baru yang nantinya akan mengedepankan sejumlah protokol sesuai dengan instruksi pemerintah.
Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Bali Febrina Budiman mengatakan terdapat 400 tur operator dan biro perjalanan (travel agent) mengaku siap menyambut new normal di industri pariwisata.
“Kami sudah merancang protokol kebersihan, kesehatan, dan keamanan, serta memastikan nantinya akan diterapkan dengan ketat bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali,” kata Febrina, Jumat, 5 Juni 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Febrina menjelaskan protokol itu mengatur mulai dari pra-kedatangan wisatawan, saat tiba di bandara dan menuju hotel, saat melakukan aktivitas tur, serta kembali ke bandara untuk penerbangan ke negara asal wisatawan.
“Industri pariwisata Bali sepenuhnya siap memberikan rasa nyaman dan aman serta pengalaman baru bagi wisatawan dalam tatanan kenormalan baru,” tutur Febrina.
Dia menyebutkan, optimisme pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, keberhasilan pemerintah daerah bersama komunitas lokal dalam mengendalikan COVID-19 membuat industri optimistis menatap fase baru pariwisata Bali.
“Namun untuk saat ini dibukanya destinasi tetap bergantung dari keputusan pemerintah,” kata Febrina.
Sementara itu, Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Nia Niscaya mengatakan sejak awal pemerintah berkomitmen dan menyiapkan langkah-langkah mitigasi dampak COVID-19 terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Termasuk penyiapan protokol tatanan kenormalan baru pariwisata dan ekonomi kreatif dengan program cleanliness, health, and safety (CHS) yang melibatkan industri,” terangnya.
Dia menjelaskan program tersebut terbagi menjadi dua tahapan yaitu gaining confidence dan appealing.
Pada tahapan gaining confidence, sebut Nia, dimulai dari penyiapan protokol CHS yang nantinya akan dikemas melalui video tutorial yang menarik dan buku panduan yang mudah dimengerti bagi pemangku kepentingan pariwisata seperti hotel, restoran, pusat perbelanjaan, destinasi wisata, dan lainnya.
Kemudian, dilanjutkan dengan tahapan pelatihan, simulasi, publikasi, dan kampanye serta aplikasi penerapan CHS.
Sementara dalam tahapan appealing, Kemenparekraf akan menjalankan sejumlah program seperti mega famtrip dengan melibatkan key opinion leader (KOL), media, serta travel agent atau tuor operator (TA/TO).
Nia menyebutkan pada tahapan itu pihaknya juga juga membuat joint promotion dengan membuat paket tur bersama maskapai penerbangan dan TA/TO. Kemudian juga menyiapkan penyelenggaraan kegiatan meetings, incentives, conferencing, dan exhibitions (MICE) dalam skala kecil.
Dikatakannya, kawasan Nusa Dua akan menjadi pilot project penerapan program CHS. Daerah ini dipilih karena lokasinya yang strategis dan merupakan area eksklusif sehingga dapat dengan mudah dilakukan pengawasan. Selain itu, Nusa Dua juga lengkap dengan fasilitas pendukung mulai dari akomodasi, amenitas, bahkan rumah sakit berskala internasional.
“Kami tekankan bahwa pembukaan destinasi bergantung atas keputusan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 dan pemerintah daerah. Karena setiap destinasi tentu memiliki situasi dan kondisi yang berbeda,” tegasnya. (SKO)