<p>Pekerja mensterilkan kembali bilik yang digunakan Peserta BP Jamsostek untuk melakukan klaim melalui Layanan Tanpa Kontak Fisik (Lapak Asik) di kantor Cabang Jakarta Menara Jamsostek, Jakarta, Jum&#8217;at, 10 Juli 2020. Seiring dengan meningkatnya gelombang pemutusan hubungan kerja di tengah pandemi Covid-19, klaim BPJS Ketenagakerjaan turut melonjak. Pencairan tabungan di BP Jamsostek menjadi alternatif untuk mendukung daya beli pekerja yang tergerus. Sementara dalam rangka adaptasi kebiasaan baru dan untuk memutus penyebaran virus corona, BP Jamsostek telah menerapkan protokol pelayanan secara daring dan tanpa pertemuan secara fisik. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Raup Cuan Investasi Rp32,30 Triliun, BPJS Ketenagakerjaan Fokus ke Saham LQ45

  • JAKARTA – BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) mencatat telah meraup hasil investasi senilai Rp32,30 triliun dengan yield on investment (YOI) sebesar 7,38%. Direktur Utama BPJAMSOSTEK Agus Susanto  mengungkapkan dana dan hasil investasi tersebut tumbuh masing-masing sebesar 12,59% dan 10,85% dibandingkan dengan akhir 2019. “Untuk alokasi dana investasi, BPJAMSOSTEK menempatkan sebesar 64% pada surat utang, 17% saham, 10% deposito, 8% reksa dana, […]

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) mencatat telah meraup hasil investasi senilai Rp32,30 triliun dengan yield on investment (YOI) sebesar 7,38%.

Direktur Utama BPJAMSOSTEK Agus Susanto  mengungkapkan dana dan hasil investasi tersebut tumbuh masing-masing sebesar 12,59% dan 10,85% dibandingkan dengan akhir 2019.

“Untuk alokasi dana investasi, BPJAMSOSTEK menempatkan sebesar 64% pada surat utang, 17% saham, 10% deposito, 8% reksa dana, dan investasi langsung sebesar 1%,” kata Agus mengutip dari keterangan resmi, Selasa, 19 Januari 2021.

Kedati masih cuan, Agus mengamini jika mengelola dana investasi memang cukup menantang di masa pandemi COVID-19. Dengan kata lain, pandemi memengaruhi pasar investasi global dan regional yang berpengaruh pada hasil investasi yang diraih oleh industri jasa keuangan pada 2020.

“Tetapi kami telah mengalihkan mayoritas portofolio pada instrumen fixed income hingga mencapai 74 persen dari total portofolio, sehingga tidak berpengaruh langsung dengan fluktuasi IHSG,” terangnya.

Agus mencontohkan, pada investasi saham, mayoritas penempatan atau 98% penempatan dana dilakukan pada saham kategori blue chip atau LQ45.

Meski begitu, penempatan pada saham non-LQ45 juga tetap dilakukan dengan menerapkan protokol investasi yang ketat. Jumlah saham non-LQ45, lanjut Agus, hanya sekitar 2% besarannya dari total portofolio saham BPJAMSOSTEK.

Ia mengaku juga bahwa BPJAMSOSTEK hanya berinvestasi pada emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN), emiten dengan saham yang mudah diperjualbelikan, berkapitalisasi besar, memiliki likuiditas yang baik, dan memberikan deviden secara periodik.

“Tentunya faktor analisa fundamental dan review risiko menjadi pertimbangan utama dalam melakukan seleksi emiten. Jadi, tidak ada investasi pada saham-saham gorengan.”

Untuk lebih memaksimalkan hasil kelolaan investasi, BPJAMSOSTEK juga mengurangi broker fee atau biaya transaksi penempatan dana dengan manajer investasi.