Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita Juli 2024 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa, 13 Agustus 2024.
Makroekonomi

Realisasi Bea dan Cukai Moncer, Tembus Rp154,4 Triliun

  • Penerimaan cukai mencapai Rp116,1 triliun atau naik 0,5% yoy dan 47,2% dari target APBN.

Makroekonomi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penerimaan kepabeanan dan cukai hingga Juli 2024 mencapai Rp154,4 triliun atau tumbuh 3,1% secara tahunan (yoy).

Jika dilihat lebih jauh realisasi tersebut telah mencapai 48,1% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024, dengan didorong pertumbuhan seluruh jenis penerimaan.

“Kalau bea masuk dia relatif masih tumbuh sudah mulai bagus, tapi tumbuhnya tipis di 2,1 persen. Ini terutama untuk nilai impor yang naik meskipun rata-rata tarif kita kan menurun kecuali kalau kita melakukan beberapa tarif untuk proteksi,”  katanya dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Agustus pada Selasa, 13 Agustus 2024.

Dari sisi penerimaan bea masuk tercatat Rp29 triliun atau tumbuh 2,1% (yoy), dan 50,6% dari target APBN. Kemudian, penerimaan bea keluar mencapai Rp9,3 triliun atau naik 58,1% (yoy) dan 52,9% dari target APBN.

Peningkatan bea masuk juga dipengaruhi penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, yakni dari Rp15.077 per dolar AS pada 2023 menjadi Rp15.910 per dolar pada 2024.

Sedangkan, peningkatan bea keluar dipengaruhi oleh bea keluar tembaga yang tumbuh 92,8% (yoy) dengan pangsa 76,5% dari total bea keluar. Hal ini dipengaruhi relaksasi ekspor komoditas tembaga.

Di sisi lain, penerimaan bea keluar produk sawit turun 60% (yoy), dipengaruhi penurunan rata-rata harga crude palm oil (CPO) 2024 sebesar 5,91% (yoy), yakni dari US$865 per metrik ton menjadi US$814 per metrik ton. Terjadi pula penurunan volume ekspor produk sawit 15,48% (yoy), dari 24,01 juta ton menjadi 20,29 juta ton.

Terakhir, penerimaan cukai mencapai Rp116,1 triliun atau naik 0,5% yoy dan 47,2% dari target APBN.  Penerimaan cukai tumbuh tipis dipengaruhi penerimaan cukai hasil tembakau Rp111,3 triliun, tumbuh tipis 0,1% (yoy) dipengaruhi kenaikan produksi, utamanya golongan II dan golongan III.

Penerimaan cukai MMEA tercatat sebesar Rp4,6 triliun atau tumbuh 10,6%, didorong kenaikan tarif dan produksi MMEA dalam negeri. Kemudian, penerimaan cukai EA sebesar Rp80,4 miliar atau tumbuh 21,8% sejalan dengan kenaikan produksi.

Sementara itu, komponen penerimaan negara lainnya turun, seperti setoran pajak yang baru sebesar Rp1.045,3 triliun per Juli 2024 atau turun 5,8% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1.109,1 triliun, dan penerimaan negara bukan pajak atau PNBP Rp338 triliun, turun 5% dari Juli 2023 yang sebesar Rp355,7 triliun.