<p>Suasana pemukiman kumuh padat penduduk di bantaran Kali Tanjung Selor, Cideng, Jakarta, Senin, 20 Juli 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Nasional

Realisasi PEN Baru 29,9 Persen, Nafas Masyarakat Berpendapatan Rendah Masih Megap-Megap

  • Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melaporkan realisasi dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga saat ini mencapai Rp209 triliun atau 29,9% dari pagu sebesar Rp699,43 triliun.

Nasional

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melaporkan realisasi dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga saat ini mencapai Rp209 triliun atau 29,9% dari pagu sebesar Rp699,43 triliun.

“Program PEN hingga kini realisasinya mencapai 29,9% dari pagu, naik Rp86,7 triliun dibandingkan akhir kuartal I-2021 yang mencapai Rp123,26 triliun,” kata Airlangga dalam konferensi pers, dikutip Selasa, 8 Juni 2021.

Anggaran pos kesehatan tercatat menjadi yang paling lambat realisasinya. Pos kesehatan baru cair Rp33,05 triliun atau 18,8% dari pagu sebesar Rp175,84 triliun.

Berselisih tipis, realisasi yang masih minim juga dicatatkan pos anggaran dukungan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta korporasi sebesar Rp40,6 triliun atau 21% dari alokasi Rp193,74 triliun.

Sementara itu, pos anggaran perlindungan sosial telah terserap Rp58,12 triliun atau 39,2% dari pagu sebesar Rp148,27 triliun. Dana perlindungan sosial ini terserap ke berbagai program, antara lain program keluarga harapan (PKH), bantuan sosial tunai,  kartu sembako, bantuan langsung tunai desa, kartu pra kerja, hingga bantuan kuota internet pelajar dan tenaga pendidik.

Lalu, pos anggaran prioritas telah cair Rp35,79 triliun atau 28% dari pagu sebesar Rp127,85 triliun. Program ini dikucurkan pemerintah untuk memacu penyerapan tenaga kerja melalui program padat karya Kementerian/Lembaga (K/L).

Realisasi pos insentif usaha tercatat sebagai program dengan realisasi tercepat, yakni Rp 45,3 triliun atau Rp79,9% dari pagu sebesar Rp56,7 triliun.

Dana ini dirasakan pelaku usaha melalui insentif Pajak Penghasilan (PPh) 21, PPh Final UMKM, lPPh 22 impor Ditanggung Pemerintah (DTP), pengurangan PPH 25, penurunan tarif PPh Badan, pengembalian pendahuluan PPN, pembebasan PPN properti dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) mobil baru.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Randy menilai pemerintah perlu lebih tancap gas merealisasikan dana PEN 2021. Pasalnya, stimulasi dari PEN bisa mempercepat pulihnya daya beli dan konsumsi masyarakat berpendapatan rendah yang berimplikasi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi.

“Dana PEN itu sangat diperlukan bagi masyarakat ekonomi lemah untuk menopang kebutuhan harian dan konsumsinya. Karena banyak dari masyarakat ekonomi lemah yang masih terdampak secara pendapatan, ini perlu didorong terus realisasinya,” kata Yusuf kepada Trenasia.com, Selasa, 8 Juni 2021.

Konsumsi rumah tangga memang jadi aspek terpenting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk diketahui, porsi konsumsi rumah tangga dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 56,9%.

Memulihkan konsumsi rumah tangga, kata Yusuf, menjadi salah satu game changer dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 7%-8%  year on year (yoy) pada kuartal II-2021.

Adapun target pertumbuhan sepanjang 2021 menurut Kementerian Keuangan mencapai 4,3%-5,3% yoy. Sementara proyeksi Bank Indonesia (BI) untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,1%-5,1%. (RCS)