<p>Suasana aktivitas bongkar muat petikemas di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu, 16 Juni 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Diprediksi Tembus US$2 Miliar pada Juni 2021

  • Indonesia diprediksi melanjutkan tren surplus neraca perdagangan pada Juni 2021. Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Randy menyebut surplus neraca perdagangan Indonesia bisa menyentuh US$1,5 miliar hingga US$2 miliar.

Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Indonesia diprediksi melanjutkan tren surplus neraca perdagangan pada Juni 2021. Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Randy menyebut surplus neraca perdagangan Indonesia bisa menyentuh US$1,5 miliar hingga US$2 miliar.

Proyeksi itu turun tipis dibandingkan realisasi neraca perdagangan Mei 2021 yang sebesar US$2,36 miliar. Yusuf menilai hal itu dipicu adanya gangguan ekspor ke India akibat kasus COVID-19 yang masih tinggi di negara tersebut.

Sementara itu, ekspansi ekonomi yang dialami China disebut masih jadi penopang kinerja ekspor Indonesia. Negeri tirai bambu itu, kata Yusuf, bakal menjadi kontributor utama surplus neraca perdagangan Indonesia.

“Ekonomi China menurut saya masih jadi pemain utama dalam kinerja ekspor Indonesia. Bersamaan dengan hal itu memang ada gangguan ekspor ke India karena COVID-19,” kata Yusuf kepada Trenasia.com, Senin, 28 Juni 2021.

Perbaikan harga komoditas unggulan seperti sawit dan batu bara, kata Yusuf, juga bakal mengungkit neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2021.

Untuk diketahui, harga komoditas batu bara sempat menyentuh US$128,4/ton atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir pada Jumat, 25 Juni 2021.

Di sisi lain, Yusuf menyebut kinerja impor bakal mengalami perlambatan usai adanya lonjakan kasus COVID-19 di dalam negeri.

Perlambatan ini diprediksi berlanjut hingga beberapa bulan ke depan karena asumsi intervensi kebijakan penanganan COVID-19 baru terasa pada kuartal III-2021.

“Dengan asumsi kurva menurun, hasil kebijakan soal penanganan COVID-19 baru akan terlihat di kuartal berikutnya. Maka di Juni memang saya lihat akan ada perlambatan dari segi impor,” kata Yusuf. (RCS)