Rekomendasi Saham PGAS Pasca Umumkan Dividen Senilai Rp3,59 Triliun
- PGAS segera membagikan dividen tahun buku 2023 senilai Rp3,59 triliun. Pada periode berjalan tahun ini, saham emiten distribusi gas itu melesat 44,69%.
Bursa Saham
JAKARTA - Emiten distribusi gas plat merah, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) segera membagikan dividen tahun buku 2023 senilai US$222,43 juta atau setara Rp3,59 triliun. (Kurs Rp16.160 per Dolar).
Pembagian dividen ini telah diketok dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan di Kantor PGAS pada Kamis, 30 Mei 2024. Bila dirinci, setiap pemegang anak usaha PT Pertamina Persero ini akan memperoleh cuan senilai Rp148 per saham.
Artinya, dividen per share (dps) PGAS pada tahun buku 2023 mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya di level Rp141 per saham. Meski begitu, jadwal cum date dan pembayaran dividen ini belum juga umumkan.
- Saat Negara Eropa Akui Negara Palestina, Diplomat AS Justru Dorong Penghancuran
- Investor Kripto RI jadi yang Paling Cuan Kelima di Dunia
- Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Melesat, Uang Pertanggungan Capai Rp5.495,9 Triliun
Sekretaris Perusahaan PGAS Rachmat Utama mengatakan rasio dividen yang dibagikan perseroan sekitar 80% dari laba bersih. “Kemudian sebesar US$ 55,62 juta akan digunakan sebagai saldo laba ditahan untuk kegiatan pengembangan bisnis,” jelasnya dikutip pada Jumat, 31 Mei 2024.
Asal tahu saja, emiten bersandikan PGAS ini mencatatkan laba US$278,09 juta sepanjang 2023. Namun, laba tersebut turun 14,75% dari tahun sebelumnya yang mampu mencapai level US$326,23 juta.
Berdasarkan data perdagangan, Kamis, 29 Mei 2024, saham PGAS ditutup di level 1,55% ke level Rp1.635 per saham. Mengacu harga tersebut, maka dividen yield perseroan sekitar 9%.
Pada periode berjalan tahun ini, saham PGAS telah menguat 44,69%. Tak ayal, tim Analis CGS International Sekuritas memberikan rekomendasikan "add" untuk saham ini dengan target harga Rp1.800 per saham.
Sentimen Saham
Analis CGS International Sekuritas, Bob Setiadi dan Rut Yesika Simak, menyatakan dalam analyst call kuartal I-2024 pada 17 Mei 2024, bahwa manajemen PGAS telah menaikkan panduan spread distribusi gas tahun 2024 dari US$1,4 - US$1,7 per mmbtu menjadi US$1,6 - US$1,8 per mmbtu.
PGAS mengungkapkan adanya ketidakseimbangan antara supply dan demand dalam distribusi gas, dengan oversupply di Jawa Timur dan undersupply di Jawa Barat.
Sebagai respons, PGAS aktif mencari pasokan tambahan dari blok-blok non-Corridor, serta memanfaatkan LNG melalui unit regasifikasi terapung (floating storage regasification unit/FSRU) di Lampung mulai Mei 2024.
"PGAS juga mempertahankan panduan volume distribusi gas tahun 2024 sebesar 954 bbtud, yang akan dicapai dengan mempercepat akuisisi pelanggan baru," dalam riset tertanggal 21 Mei 2024.
Terkait kasus LNG Gunvor, PGAS berharap dapat segera menandatangani perjanjian penyelesaian untuk kontrak-kontrak tahun 2024, serta menargetkan pengamanan kontrak untuk setengah pasokan yang disepakati pada 2025-2027.
PGAS juga mempertahankan panduan belanja modal tahun 2024 sebesar US$361 juta, naik dari US$232 juta pada 2023 untuk investasi baru, termasuk pipeline transportasi minyak Cikampek-Plumpang, 117 ribu sambungan gas rumah tangga pada tahun 2024, dan revitalisasi hub LNG Arun.
Tim Analis CGS International Sekuritas memprediksi situasi undersupply di Jawa Barat akan berlanjut hingga selesainya pipeline gas Cirebon-Semarang pada 2025 atau suksesnya eksplorasi di blok Corridor.
"Kedua faktor ini akan berdampak negatif terhadap volume distribusi gas PGAS, sehingga kami menurunkan proyeksi volume sebesar 3%-6% pada 2024-2026," ujar mereka.
Namun, penurunan volume tersebut diperkirakan akan diimbangi oleh kenaikan spread distribusi gas, yang bisa mencapai US$1,8 - US$2 per mmbtu pada 2024-2026. "Secara keseluruhan, EBITDA PGAS tahun 2024-2026 diperkirakan naik sebesar 5%-9% dan laba bersih bisa naik sebesar 9%-21%," tandasnya.