Rekor, AS Habiskan Rp280 Triliun untuk Bantuan Militer ke Israel Sejak 7 Oktober 2023
- Data menjadi salah satu penghitungan pertama perkiraan biaya Amerika saat pemerintahan Biden mendukung Israel dalam konfliknya di Gaza dan Lebanon.
Dunia
WASHINGTON- Amerika Serikat (AS) telah menghabiskan setidaknya US$17,9 miliar untuk bantuan militer ke Israel sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2024. Ini sekitar Rp280 triliun (kurs Rp16.600). Jumlah ini menjadi rekor jumlah bantuan yang diberikan Amerika ke Israel dalam satu tahun,
Angka tersebut diungkap dalam laporan Costs of War project Universitas Brown yang dirilis 7 Oktober 2024. Tepat setahun sejak serangan Hamas terhadap Israel dimulai.
Selain itu Amerika juga mengeluarkan dana tambahan sebesar US$4,86 miliar atau sekitar Rp76 triliun untuk operasi militer mereka yang ditingkatkan di wilayah tersebut. Jumlah tersebut termasuk biaya operasi yang dipimpin Angkatan Laut untuk melawan serangan Houthi Yaman terhadap jalur pelayaran.
Laporan tersebut tersebut diselesaikan sebelum Israel membuka front kedua dengan menyerang Lebanon pada akhir September . Data ini juga menjadi salah satu penghitungan pertama perkiraan biaya Amerika saat pemerintahan Biden mendukung Israel dalam konfliknya di Gaza dan Lebanon. Serta berupaya untuk menahan permusuhan oleh kelompok bersenjata sekutu Iran di wilayah tersebut.
- Respons RAJA Soal Kenaikan Saham 40 Persen: Tidak Ada Informasi Tersembunyi
- Menakar Ketergantungan RI pada Impor dan Subsidi Energi
- Bank Mandiri Sulap Livin’ by Mandiri jadi Lebih Personal dan Fitur yang Memanjakan
Biaya finansial dihitung oleh Linda J. Bilmes, seorang profesor di Sekolah Pemerintahan John F. Kennedy Harvard. Dia telah menilai total biaya perang Amerika sejak serangan 11 September 2001. Bilmes dibantu co peneliti William D. Hartung dan Stephen Semler.
Berikut gambaran ke mana sebagian uang pembayar pajak Amerika digunakan:
Bantuan Militer untuk Israel Mencapai Rekor
Israel yang merupakan anak didik Amerika Serikat sejak berdirinya tahun 1948, merupakan penerima bantuan militer Washington terbesar dalam sejarah. Menurut laporan tersebut Israel telah menerima US$251,2 miliar dalam dolar yang disesuaikan dengan inflasi sejak tahun 1959. Ini setara dengan sekitar Rp3.930 triliun.
Meski demikian, US$17,9 miliar yang dibelanjakan sejak 7 Oktober 2023 dalam dolar yang disesuaikan dengan inflasi sejauh ini merupakan bantuan militer terbanyak yang dikirim ke Israel dalam satu tahun. Amerika berkomitmen untuk memberikan miliaran bantuan militer kepada Israel dan Mesir setiap tahun ketika mereka menandatangani perjanjian damai yang ditengahi Amerika tahun 1979. Juga sebuah perjanjian sejak pemerintahan Obama menetapkan jumlah tahunan untuk Israel sebesar US$3,8 miliar hingga tahun 2028.
Bantuan Amerika sejak perang Gaza dimulai meliputi pembiayaan militer dan pengiriman senjata. Setidaknya US$4,4 miliar digunakan untuk senjata yang ditarik dari persediaan Amerika dan pemberian peralatan bekas.
Sebagian besar senjata Amerika yang dikirim tahun itu berupa amunisi. Mulai dari peluru artileri hingga bom penghancur bunker seberat 1 ton serta bom presisi dipandu.
Pengeluarannya bervariasi dari US$4 miliar untuk mengisi kembali sistem pertahanan rudal Iron Dome dan David's Sling milik Israel. hingga membeli senapan dan bahan bakar jet.
“Tidak seperti bantuan militer Amerika Serikat yang didokumentasikan secara publik kepada Ukraina , mustahil untuk mendapatkan rincian lengkap tentang apa saja yang telah dikirimkan Amerika ke Israel sejak 7 Oktober lalu. Jadi US$17,9 miliar untuk tahun tersebut merupakan angka parsial,” kata peneliti sebagaimana dikutip Associated Press.
Mereka mengutip upaya pemerintahan Biden untuk menyembunyikan jumlah penuh bantuan dan jenis sistem melalui manuver birokrasi.
Pendanaan untuk sekutu utama Amerika selama perang yang telah menelan banyak korban jiwa di kalangan warga sipil telah memecah belah rakyat Amerika selama kampanye presiden. Namun, dukungan untuk Israel telah lama memiliki bobot dalam politik Amerika, Dan Biden pada hari Jumat 4 Oktober 2024 mengatakan” Tidak ada pemerintahan yang telah membantu Israel lebih dari yang saya lakukan."
Operasi Militer AS di Timur Tengah
Pemerintahan Biden telah meningkatkan kekuatan militernya di kawasan tersebut sejak perang di Gaza dimulai. Tujuannya untuk mencegah dan menanggapi setiap serangan terhadap pasukan Israel dan Amerika.
- Bank Mandiri Gandeng KAI Group Perluas Ekosistem Digital di Sektor Transportasi
- Kereta Cepat Jakarta-Surabaya segera Dibangun, Berikut Sejumlah Data Menarik
- Menilik Potensi VERN, Saham IPO Calon Pesaing RAAM dan FILM
Laporan itu menyebutkan operasi tambahan tersebut menelan biaya sedikitnya US$4,86 miliar atau sekitar Rp76 triliun. Ini belum termasuk peningkatan bantuan militer Amerika ke Mesir dan mitra lain di kawasan tersebut.
Amerika mengerahkan 34.000 pasukan di Timur Tengah pada hari Hamas menerobos barikade Israel di sekitar Gaza. Jumlah tersebut meningkat menjadi sekitar 50.000 pada bulan Agustus. Ini ketika dua kapal induk mereka berada di wilayah tersebut untuk mencegah pembalasan setelah pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di Iran. Totalnya sekarang sekitar 43.000.
Jumlah kapal dan pesawat Amerika yang dikerahkan di Mediterania, Laut Merah, dan Teluk Aden bervariasi sepanjang tahun. Mereka termasuk kelompok tempur kapal induk, kelompok kapal amfibr, skuadron tempur, dan baterai pertahanan udara.
Pentagon telah mengatakan kelompok tempur kapal induk lainnya akan segera menuju ke Eropa. Ini menjadkkan jumlah pasukan dapat meningkat lagi jika dua kapal induk kembali berada di kawasan tersebut pada saat yang sama.
Perang Melawan Houthi
Militer Amerika telah dikerahkan sejak dimulainya perang untuk mencoba melawan serangan yang meningkat oleh Houthi . Sebuah faksi bersenjata yang menguasai ibu kota Yaman dan wilayah utara. Kelompok yang didukung Iran ini telah menembaki kapal-kapal dagang di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas dengan Gaza. Para peneliti menyebut biaya sebesar US$4,86 miliar dikucurkan Amerika untuk misi yang dikatakan sebagai tantangan rumit dan mahal secara tak terduga.
Kelompok Houthi terus melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang melintasi rute perdagangan penting tersebut. Situasi ini memancing serangan Amerika ke lokasi peluncuran dan target lainnya. Kampanye tersebut telah menjadi pertempuran laut paling sengit yang pernah dihadapi Angkatan Laut sejak Perang Dunia II.
“AS telah mengerahkan sejumlah kapal induk, kapal perusak, kapal penjelajah, dan rudal mahal bernilai jutaan dolar untuk melawan pesawat nirawak Houthi murah buatan Iran yang harganya US$2.000,” kata para penulis.
Baru hari Jumat 4 Oktober 2024 militer Amerika menyerang lebih dari selusin target Houthi di Yaman. Serangan mengincar sistem persenjataan, pangkalan dan peralatan lainnya.
Perhitungan para peneliti mencakup setidaknya US$55 juta dalam gaji tempur tambahan dari operasi intensif di wilayah tersebut.