<p>Indomobil adalah grup otomotif milik konglomerat Anthoni Salim. / Hino.co.id</p>
Industri

Rekor Lagi! PMI Manufaktur RI Kian Ekspansif Tembus 55,3 Unggul di ASEAN

  • Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia menembus level ekspansif 55,3 pada periode Mei 2021.

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia menembus level ekspansif 55,3 pada periode Mei 2021.

IHS Markit melaporkan, capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode April yang berada di level 54,6. Sebagai informasi, angka PMI di atas 50 mencerminkan sektor industri yang sedang ekspansif.

Direktur Asosiasi Ekonomi IHS Markit Jingyi Pan mengatakan, nilai PMI saat ini merupakan yang tertinggi selama tiga bulan berturut-turut. Hal ini menandakan kondisi bisnis telah menguat dalam tujuh bulan belakangan.

“Dua komponen terbesar yang memengaruhi, yakni output dan permintaan baru. Keduanya menjadi kontributor utama dalam peningkatan PMI Manufaktur Indonesia periode Mei 2021,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Rabu, 2 Juni 2021.

Selain itu, aspek ketenagakerjaan juga kembali tumbuh setelah 14 bulan memenuhi kebutuhan kapasitas operasional.

Meskipun demikian, ada tiga hal utama yang perlu mendapat perhatian. Pertama, kolaborasi layanan pemerintah dengan platform logistik swasta. Kedua, regulasi yang efisien dan standar layanan yang prima. Terakhir, dibutuhkan strategi penataan yang tepat.

Menanggapi hal ini, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, pihaknya pun mengapresiasi para pelaku industri di Tanah Air yang dinilai agresif menjalankan usaha di tengah pandemi.

“Pemerintah bertekad untuk terus menciptakan iklim bisnis yang kondusif melalui berbagai kebijakan strategis,” ungkapnya.

Unggul di ASEAN
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita / Dok. Kemenperin.go.id

Untuk capaian PMI manufaktur saat ini, bahkan melebihi rata-rata negara ASEAN yang berada di level 51,8.

Di tingkat regional, Indonesia mengungguli Vietnam (53,1), Malaysia (51,3), Singapura (51,7), Filipina (49,9), dan Thailand (47,8).

“PMI manufaktur Indonesia juga lebih tinggi dari PMI manufaktur Korea Selatan (53,7), Jepang (53,0), China (52,0), dan India (50,8),” terang Agus.

Adapun terjadinya peningkatan PMI manufaktur Indonesia ini, lanjutnya, menandakan bahwa sektor industri sudah mulai bangkit. Inilah yang menjadi optimisme pemulihan ekonomi nasional.

Menurutnya, pemberian insentif fiskal berupa penurunan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) juga berhasil meningkatkan penjualan kendaraan bermotor roda empat (KBM-R4) hingga 150%.

“Pemerintah terus menjaga momentum baik ini, agar PMI manufaktur Indonesia tetap di atas 50. Oleh karena itu, kami akan terus menyelaraskan dan memperkuat kebijakan, terutama terkait dengan masalah lama waktu pengiriman bahan baku dan penolong industri,” kata dia. (SKO)