<p>Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis bahwa melalui keputusan Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuannya akan mampu mendorong masuknya aliran modal asing ke Indonesia. / Antara Foto</p>
Industri

Rekor RI Jadi Negara Pertama Penerbit Surat Utang Terjumbo dan Tenor Terpanjang Saat COVID-19

  • Sri Mulyani menyebut emisi itu menjadi yang terbesar dalam sejarah penerbitan obligasi berdenominasi dolar AS oleh pemerintah. Selain itu, Indonesia menjadi negara pertama di Asia yang menerbitkan sovereign bond sejak pandemik COVID-19 terjadi.

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan Indonesia sebagai negara pertama penerbit surat utang terbesar dengan tenor terpanjang di tengah wabah virus corona (COVID-19) senilai US$4,3 miliar setara Rp68,8 triliun (kurs Rp16.000 per dolar Amerika Serikat).

Sri Mulyani mengatakan Indonesia menjadi negara pertama penerbit sovereign global bond di tengah merebaknya COVID-19. Obligasi global berdenominasi dolar AS itu diterbitkan dalam tiga seri.

“Ini penerbitan terbesar dalam penerbitan bond pemerintah Indonesia, juga negara pertama yang menerbitkan global bond, sejak COVID-19. Tidak ada negara manapun yang masuk global bond, penerbitan ini diterbitkan secara elektronik karena roadshow kita dilakukan tanpa tatap muka secara fisik,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual tentang pembiayaan utang 2020 di Jakarta, Selasa, 7 April 2020.

Untuk seri yang pertama yakni RI1030, dengan tenor 10,5 tahun yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2030. Nominal yang diterbitkan senilai US$1,65 miliar, dengan imbal hasil (yield) 3,9%.

Seri RI1030 ini mengalami kelebihan permintaan (oversubsribed) hingga dua kali senilai US$3,35 miliar. Pembayaran bunga akan dilakukan setiap enam bulan alias dua kali dalam setahun.

Selanjutnya, seri yang kedua RI1050 dengan tenor 30,5 tahun yang jangka jatuh tempo pada 15 Oktober 2050. Nominal yang diterbitkan sebesar US$1,65 miliar, dengan yield 4,25%.

Seri RI1050 ini mengalami oversubsribed hingga US$3,3 miliar. Pembayaran bunga akan dilakukan setiap dua kali dalam setahun.

Kemudian, lanjut Sri Mulyani, Surat Berharga Negara (SBN) seri baru yang belum pernah diterbitkan sebelumnya adalah RI0470. Seri ini memiliki tenor 50 tahun dan akan jatuh tempo pada 15 April 2070. Nilainya US$1 miliar dengan yield 4,500%.

Seri RI0470 ini mengalami kelebihan oversubsribed hingga 2,5 kali senilai US$2,59 miliar. Pembayaran bunga akan dilakukan setiap enam bulan alias dua kali dalam setahun.

Sri Mulyani mengatakan tujuan menerbitkan global bond ini untuk menjaga pembiayaan secara aman dan menambah cadangan devisa Bank Indonesia (BI), yang dieksekusi di tengah turbulensi keuangan global.

Menteri Keuangan Terbaik se-Asia Pasifik versi Majalah FinanceAsia tiga kali berturut-turut tersebut menilai larisnya tiga surat utang ini merupakan indikasi baik berupa tingginya kepercayaan investor terhadap pengelolaan keuangan negara.

“Kami memanfaatkan 50 tahun dari preferensi tenor bond jangka panjang yang cukup kuat,” kata dia.

Pemanfaatan tenor 50 tahun, lanjut dia, sejalan dengan preferensi dari investor global terhadap obligasi bertenor jangka panjang cukup kuat. Dengan demikian, pemerintah bisa mendapatkan yield yang dianggap cukup baik merefleksikan risiko dan appetite dari investor.

Langkah pemilihan tenor itu menurutnya juga sebagai strategi untuk mengkombinasikan dengan surat utang negara berdenominasi rupiah. Adanya seri tersebut memberikan profil jatuh tempo yang lebih seimbang antara jangka pendek dan jangka menengah panjang.

“Dengan tenor yang baru, Indonesia menciptakan acuan atau benchmark baru bagi surat utang negara Indonesia,” jelasnya.

Menteri Terbaik di Dunia (Best Minister in the World Award) di World Government Summit tersebut menambahkan dari sisi yield, Indonesia mampu mendapatkan posisi yang lebih baik dibandingkan dengan transaksi pada 2015 dan 2018. Padahal, terjadi capital outflow yang sangat besar dan kurs rupiah mengalami pelemahan akibat The Fed menaikkan suku bunga sebanyak lima kali.

“Kondisi hari ini yang sangat volatil, capital outflow, Indonesia mampu mendapatkan pricing atau yield yang lebih rendah. Ini adalah sesuatu positif yang menggambarkan reputasi Indonesia cukup stabil dan bahkan penerbitan tenor 50 tahun ini juga lebih rendah dibandingkan tenor 10 tahun yang diterbitkan pada 2018,” paparnya.

Ketiga seri SUN yang diterbitkan diperkirakan akan memperoleh peringkat Baa2 dari Moody’s, BBB dari Standard & Poor’s, dan BBB dari Fitch dan akan dicatatkan pada Singapore Stock Exchange dan Frankfurt Stock Exchange.

Joint Bookrunners dalam transaksi ini adalah Citigroup, Deutsche Bank, Goldman Sachs, HSBC dan Standard Chartered Bank, sedangkan yang bertindak sebagai co-Managers adalah PT Danareksa Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.

Perempuan yang akrab disapa Bu Ani ini menyebut emisi itu menjadi yang terbesar dalam sejarah penerbitan obligasi berdenominasi dolar AS oleh pemerintah. Selain itu, Indonesia menjadi negara pertama di Asia yang menerbitkan sovereign bond sejak pandemik COVID-19 terjadi.

“Jadi, sejak pandemik COVID-19 diumumkan pada Februari 2020, sampai dengan Maret 2020, tidak ada satupun negara di Asia yang masuk ke global bond karena volatilitas dan gejolak yang sangat besar,” kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu. (SKO)