Rekor, Utang Kartu Kredit di AS Capai Rp15.200 Triliun
- Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh bank Federal Reserve, saldo utang kartu kredit naik sebanyak US$45 miliar atau sekitar Rp675 triliun
Dunia
WASHINGTON – Bank Federal Reserve New York mengumumkan bahwa warga Amerika Serikat telah mencatatkan peningkatan penggunaan kartu kredit pada kuartal terakhir tahun ini.
Total utang kartu kredit melampaui angka US$1 triliun atau sekitar Rp15.200 triliun atau Rp15,2 kuadriliun (kurs Rp15.100). Angka ini mencetak rekor dalam sejarah penggunaan kartu kredit di Amerika Serikat. Sementara itu tingkat tunggakan kartu kredit mencapai level tertinggi dalam 11 tahun terakhir.
Dilansir Reuters, Rabu, 9 Agustus 2023, berdasarkan data yang dikeluarkan bank Federal Reserve, saldo utang kartu kredit naik sebanyak US$45 miliar atau sekitar Rp675 triliun. Peningkatan ini tercermin dari meningkatnya belanja konsumen dan kenaikan harga akibat inflasi yang berkelanjutan.
Pinjaman kredit yang diberikan dengan jaminan benda tidak bergerak (hipotek), pada periode April-Juni mengalami peningkatan menjadi mencapai angka US$393 miliar, Rp5,98 triliun dari yang sebelumnya hanya US$324 miliar atau sekitar Rp4,8 triliun.
- Zoom Minta Karyawan Kembali Bekerja dari Kantor
- Resmi IPO Hari Ini, Humpuss Maritim (HUMI) Mau Belanja Kapal Rp1,27 Triliun
- Tertarik Beli Saham MUTU, Simak Profilnya
Sementara itu, saldo pinjaman mahasiswa mengalami penurunan sebesar US$35 miliar atau sekitar Rp535 triliun menjadi mencapai angka US$1,57 triliun 23,55 Kuadriliun selama kuartal kedua. Para peneliti menghubungkan penurunan ini dengan perubahan kebijakan tahun akademik dan beberapa program keringanan pembiayaan yang telah diterapkan.
Saldo pinjaman mobil terus mengalami peningkatan dalam jangka panjang, naik sekitar US$20 miliar atau sekitar Rp 300 triliun menjadi mencapai angka US$1,58 triliun atau sekitar Rp23,7 kuadriliun. Angka ini menunjukan terjadi kenaikan sekitar 11% dalam jumlah pinjaman yang diberikan, hal ini sejalan dengan lonjakan harga mobil. laporan ini juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam pengelolaan utang dan pinjaman serta memahami dampak keputusan keuangan dalam jangka panjang.