<p>Ilustrasi menara Base Transceiver Station (BTS) PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) / Facebook @Mitratel</p>
Industri

Rencana IPO Mitratel Makin Kencang, Saham Telkom Terbang

  • IPO Mitratel bukanlah sebuah rencana anyar. Manajemen Telkom sejak 2013 telah berencana membawa Mitratel go public di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) PT Dayamitra Telekomunikasi Indonesia alias Mitratel, anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk membuat saham TLKM melambung.

Pada 16 September 2020, saham TLKM yang tengah dalam tren turun berakhir di level Rp2.790 per lembar. Kemudian hanya dalam kurun waktu dua hari, saham TLKM melambung 100 poin atau 3,5% ke level Rp2.890 per lembar.

Bahkan, dalam dua hari berturut-turun, saham Telkom menjadi jawara paling diburu investor asing di pasar modal. Padahal, investor asing tengah mencatatkan net sell hingga Rp39,67 triliun sejak awal tahun.

Per akhir pekan lalu, kapitalisasi pasar saham TLKM mencapai Rp286,2 triliun. Imbal hasil saham TLKM masih negatif 29,23% dalam setahun terakhir dengan rasio PE 15,41 kali dan rerata harga saham selama setahun berada di rentang Rp2.417-Rp4.341 per lembar.

Memang, melambungnya saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu terjadi setelah ada pernyataan rencana IPO Mitratel sebagai anak usaha Telkom. Kabar itu disebutkan oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo saat mengisi diskusi HSBC Economic, Rabu, 16 September 2020.

Pria yang karib disapa Tiko itu menyatakan Kementerian BUMN telah menggencarkan upaya agar anak-anak usaha perusahaan pelat merah bisa menjalin mitra dengan swasta. Tugas itu disebutnya akan lebih mudah tercapai apabila perusahaan telah berstatus perseroan terbuka.

“Ke depan juga dalam berbagai klaster yang ada kita akan lakukan IPO dan strategic partnership seperti contoh di PT Pertamina (Persero). Di Telkom, di menara yaitu di Mitratel itu akan IPO,” ucapnya.

Sebenarnya, IPO Mitratel bukanlah sebuah rencana anyar. Manajemen Telkom sejak 2013 telah berencana membawa Mitratel go public di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) Herlan Wijanarko / Facebook @Mitratel

Raja Menara

Memang, Mitratel adalah perusahaan sewa menara telekomunikasi yang 100% sahamnya digenggam oleh Telkom. Mitratel merupakan pemilik menara telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia.

Pada 14 Oktober 2019, Mitratel menandatangani sales purchase agreement (SPA) dengan PT Indosat Tbk (ISAT) terkait pembelian menara. Mitratel mengakuisisi 2.100 menara Base Transceiver Station (BTS) dengan nilai Rp4,4 triliun.

Saat ini, Mitratel memiliki lebih dari 16.000 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, Mitratel juga menyediakan layanan internet of things (IoT).

Pada paruh pertama tahun ini, pendapatan sewa menara Telkom secara konsolidasi mencapai Rp569 miliar. Sedangkan, beban sewa menara yang dikeluarkan Telkom pada semester I-2020 hanya Rp8 miliar.

Dalam laporan tahunan Dayamitra Telekomunikasi 2017, pendapatan usaha dalam setahun naik 20,3% menjadi Rp4,08 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk naik 33,6% menjadi Rp407 miliar dengan EBITDA naik 19,9% year-on-year (yoy) menjadi Rp1,87 triliun.

Pada 2017 itu, jumlah tower Mitratel baru mencapai 11.061 unit. Dari jumlah itu, penyewa menara Mitratel mencapai 13.083 tenant dengan rasio 1,18 kali.

Total aset Mitratel pada periode 2017 melonjak 27,28% yoy menjadi Rp13,6 triliun. Liabilitas Rp11,08 triliun dan ekuitas Rp2,5 triliun. Jumlah saham Mitratel sebanyak 212,5 juta lembar dengan nilai Rp2.280 per lembar atau total Rp1,48 triliun.

Menurut laporan A.T Kearney, proyeksi pasar mobile hingga 2022 di Indonesia mencapai Rp197 triliun. Sementara network trafict tumbuh 32% mencapai 18.195 PB.

Saat yang sama, penetrasi smartphone diprediksi mencapai 88%. Lonjakan itu diperkirakan berakibat pada kebutuhan infrastruktur. Dalam lima tahun, kebutuhan BTS diperkirakan mencapai 550.000 unit.

Market size penyewaan menara telekomunikasi di Indonesia diperkirakan mencapai Rp31,2 triliun pada 2022. Sedangkan, jumlah tenant diperkirakan tumbuh sebesar 194.000 pada tahun yang sama. (SKO)