Kisah Pengusaha Muda yang Menyendiri di Hutan Selama 2 Tahun untuk Hidup Frugal dan Mindfulness
Gaya Hidup

Resensi Buku Walden or, Life In The Woods: Kisah nyata Pengusaha yang Hidup di Hutan dan Terapkan Frugal Living

  • Tahun 1845, seorang pengusaha muda asal Amerika Henry David Thoreau memutuskan untuk mengubah hidupnya dengan tinggal di gubuk tepi danau Walden selama 2 tahun 2 bulan lamanya.
Gaya Hidup
Rumpi Rahayu

Rumpi Rahayu

Author

JAKARTA - Kita hidup di zaman yang serba cepat dan sibuk. Teknologi dan globalisasi telah mengubah cara kita berinteraksi, bekerja, dan menjalani hidup sehari-hari. Kita mulai melupakan kesejahteraan emosional dan mengesampingkan hubungan. Gaya hidup seperti ini lambat laun membuat kita stres. 

Keresahan ini ternyata juga telah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu. Tahun 1845, seorang pengusaha muda asal Amerika Henry David Thoreau memutuskan untuk mengubah hidupnya dengan tinggal di gubuk tepi danau Walden selama 2 tahun 2 bulan lamanya. 

Kisahnya ini kemudian ia tulis dalam buku berjudul “Walden or, Life In The Woods”. 

Walden or, Life in The Woods 

Wikipedia

Buku Walden or, Life in The Woods diterbitkan pada 9 Agustus 1854 dan sukses menjadi salah satu buku nonfiksi paling terkenal di dunia. 

Buku ini ditulis selama 9 tahun. Saat pertama kali diterbitkan, buku ini hanya terjual sekitar 300 eksemplar dalam setahun. Percetakan awalnya adalah 2 ribu eksemplar dengan setiap buku yang hanya dihargai US$1 dolar. 

Buku ini mulai laris terjual justru setelah sang penulis meninggal dunia. 

Henry David Thoreau 

Wikipedia

Dikutip dari Biography, Henry David Thoreau lahir dan besar di Concord, Massachusetts. Ayahnya memiliki pabrik pensil dan ibunya memiliki bisnis penyewaan rumah. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak laki-lakinya bernama John Helen dan adik perempuannya bernama Sophia. 

Thoreau berkuliah di Harvard College (sekarang disebut Universitas Harvard). Setelah lulus yaitu tahun 1838,  ia dan kakaknya mendirikan sekolah. 

Sayangnya usaha tersebut tidak berjalan mulus, setelah John sakit, sekolah harus ditutup. Thoreau kemudian bekerja membantu ayahnya menjalankan bisnis pensil. 

Menyendiri di Pinggir Danau Walden 

Beberapa sumber mengatakan keresahan Thoreau akan hidupnya yang materialistis di tambah kematian kakaknya membuat ia akhirnya memutuskan untuk pindah tinggal di sebuah rumah kecil dekat danau Walden sendirian.

Kala itu usianya baru menginjak 27 tahun, Thoreau memulai hidup yang sederhana dan penuh makna dari nol lagi. Ia membangun rumahnya sendirian. Untuk kebutuhan makan sehari-hari Thoreau menanam sayuran dan buah-buahan. Ia juga menanam kopi dan memperdagangkan biji kopi hasil panenan untuk memenuhi kebutuhannya. 

Dalam bukunya, ia menyebut alam menjadi jendela bagi manusia untuk menemukan jati dirinya. Ia juga menyayangkan banyak manusia yang hidup kala itu seolah-olah diperbudak oleh harta benda. Ia juga merasa manusia harus mampu melepaskan hubungannya dengan materialisme agar dapat kembali ke kebahagiaan yang bisa mencukupi kebutuhan diri sendiri. 

Ia tinggal di rumah itu selama 2 tahun dan 2 bulan untuk kemudian menuliskan pengalamannya dalam sebuah buku.