Resesi 2023, Arsjad Rasjid: Fundamental Ekonomi Indonesia Masih Kuat
- Ia menilai, kondisi perekonomian global yang sedang tidak stabil memang patut diwaspadai
Industri
JAKARTA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid memilih untuk menyambut 2023 dengan penuh optimisme.
Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk ini menilai, kondisi perekonomian global yang sedang tidak stabil memang patut diwaspadai. Akan tetapi, sejumlah indikator perekonomian Indonesia menunjukkan sinyal positif ketahanan ekonomi nasional.
“Kita memang harus waspada, tapi jangan tidak optimistis, karena biasanya yang keluar akan negatif. Saya optimistis Indonesia tidak resesi tahun depan,” kata Arsjad saat ditemui TrenAsia, Kamis 24 November 2022.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah memastikan penetrasi ke pasar domestik tetap kuat. Sebab, 56% daripada perekonomian nasional ditopang oleh konsumsi domestik.
- PPh 21 Terungkit di Tengah Badai PHK, Mengapa?
- Selera Aset Berisiko Masih Menguat karena Risalah The Fed, Nilai Kurs Rupiah Dibuka Menguat 19 Poin
- IHSG Masih Berpeluang Menguat di Akhir Pekan, Intip 6 Rekomendasi Saham dari BNI Sekuritas di Sini!
- Akhir Pekan Harga Emas Antam, Segram Dibaderol Rp980,000
Artinya, belanja masyarakat sehari-hari lah yang paling banyak menggerakkan perekonomian dalam negeri. Untuk itu, Arsjad menegaskan bahwa narasi negatif tentang gelapnya 2023 hanya akan membuat masyarakat takut untuk berbelanja.
Sinyal Positif
Berdasarkan data, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 masih mencatatkan tren yang impresif. Terbukti, pada kuartal ketiga tahun ini, pertumbuhan ekonomi mencapai angka 5,72% secara tahunan dibandingkan dengan kuartal III-2021 atau tumbuh sebesar 1,8% dari kuartal sebelumnya.
Per Oktober 2022, neraca perdagangan Indonesia juga menyumbang kabar baik. Dilaporkan Badan Pusat Statistik, surplus mencapai US$5,67 miliar atau setara dengan Rp88,29 triliun (kurs Rp15.500 per dolar AS).
Neraca perdagangan Indonesia capaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus bulanan pada September 2022, sebesar US$4,99 miliar atau setara dengan Rp77,4 triliun. dengan capaian tersebut, Indonesia sudah surplus 30 bulan berturut-turut.
Aktivitas manufaktur Indonesia masih ekspansif pada Oktober 2022. Namun tingkat ekspansinya tidak secepat bulan sebelumnya.
S&P Global mencatat, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur atau indeks manufaktur Indonesia pada Oktober 2022 berada di level 51,8 atau turun dibandingkan September 2022 yakni 53,7.
Meski turun, PMI Manufaktur Indonesia masih berada di level 50,0 atau konsisten selama 14 bulan berturut-turut. Namun tingkat ekspansi turun ke posisi terendah dalam dua bulan.