Gedung Krakatau Steel di kawasan Gatot Subroto Kuningan.
Korporasi

Resmi! Krakatau Steel Bentuk Subholding Sarana Infrastruktur dari 4 Anak Usaha

  • PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menggabungkan empat anak usaha menjadi subholding sarana infrastruktur.

Korporasi

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menuntaskan pembentukan subholding sarana infrastruktur yang merupakan hasil integrasi dari beberapa anak perusahaan.

Emiten bersandi KRAS ini menggabungkan empat anak usaha, yakni PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC), PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), dan PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS).

Adapun pembentukan subholding ini dilakukan dalam rentang waktu selama tiga bulan sejak Maret 2021. Subholding ini akan terintegrasi dan bergerak di bidang kawasan industri, penyediaan energi, penyediaan air industri, dan pelabuhan. 

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan pendapatan dari empat perusahaan tersebut mencapai Rp3,4 triliun dengan nilai pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) sebesar Rp1 triliun pada tahun lalu.

“Jumlah pendapatan ini akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan kebutuhan kawasan industri di Indonesia,” mengutip keterangan resmi, Senin, 5 Juli 2021.

Dari pembentukan subholding ini, Silmy memprediksi kenaikan pendapatan hingga Rp7,8 triliun selama lima tahun mendatang. Sementara untuk EBITDA, diproyeksikan meningkat hingga Rp2,2 triliun pada 2025.

“Hal ini bagian dari transformasi Krakatau Steel dalam rangka meningkatkan value perusahaan dengan fokus dan terukur,” tambahnya.

Keunggulan 4 Perusahaan

Menurutnya, setiap anak dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini memiliki keunggulan masing-masing. Pertama, KIEC mengelola 3.250 hektare (ha) lahan industri. Area kawasan industri yang dikelola ini merupakan salah satu dari lima kawasan industri terbesar di Indonesia.

Sementara KDL yang berkapasitas 120 Mega Watt (MW), saat ini tengah membangun fasilitas energi terbarukan melalui energi surya terapung yang mulai beroperasi pada 2023.

Perusahaan lainnya, KTI menjadi penyedia jasa air industri dengan kapasitas 3.000 liter per detik di Cilegon. Saat ini, tengah dilakukan penambahan 1.600 liter per detik di Gresik, Kendari dan Sumbawa.

Terakhir, KBS memiliki kapasitas bongkar muat pelabuhan sebesar 25 juta ton per tahun dengan ketersediaan 17 jeti. Perusahaan ini diklaim sebagai pelabuhan curah terbesar dan terdalam di Indonesia, dengan fasilitas pergudangan terintegrasi.

“Keunggulan lainnya yakni berada di lokasi yang strategis dan memiliki konektivitas dengan bandara internasional Soekarno Hatta. Dengan beragam keunggulan ini, area subholding sarana infrastruktur berpotensi menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),” tutur Silmy. (LRD)