<p>Kantor BRI Syariah, Jakarta. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Ekonomi, Fintech & UMKM

Resmi Merger 20 Oktober 2020, Ini Alasan BUMN Tunjuk BRI Syariah Ketimbang BSM dan BNI Syariah

  • Rencana merger baru akan diumumkan pada 20 Oktober 2020. Dalam agenda tersebut akan dibahas mengenai logo, rencana perubahan nama, dan sebagainya.

Ekonomi, Fintech & UMKM

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Akhirnya, pemerintah resmi mengumumkan penandatanganan Conditional Merger Agreement (CMA) dan menunjuk PT BRI Syariah Tbk (BRIS) sebagai surviving entity ketimbang PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT BNI Syariah (BNIS).

Direktur Hubungan Kelembagaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sis Apik Wijayanto memastikan hingga saat ini operasional bank syariah pelat merah masih berjalan seperti biasanya.

“Pelayanan nasabah di masing-masing bank tetap berjalan seperti biasa,” ujarnya dalam konferensi virtual terkait merger bank syariah pelat merah, Selasa, 13 Oktober 2020.

Ia menjelaskan, pelayanan tidak ada perubahan sampai menunggu persetujuan dari regulator terkait, yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Bank Indonesia (BI).

Kesepakatan hari ini, lanjutnya, merupakan pintu gerbang paling awal dari proses merger. “Kalau perkawinan, istilahnya hari ini baru pinangan, sedangkan akad nikahnya belum terjadi,” ujarnya.

Nantinya, rencana merger baru akan diumumkan pada 20 Oktober 2020. Dalam agenda tersebut akan dibahas mengenai logo, rencana perubahan nama, dan sebagainya.

Selain itu, jika persetujuan dari OJK telah didapatkan, selanjutnya akan dilaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa. Namun, waktu pelaksanaan agenda tersebut belum diketahui.

Eksekusi 2021

Aksi merger sendiri baru akan dieksekusi pada kuartal I tahun depan. Adapun tiga bank syariah yang akan digabung, yakni PT Bank Syariah Mandiri (BSM), PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank BNI Syariah (BNIS).

Disebutkan, holding bank syariah tersebut akan dipegang oleh BRIS setelah merger tersebut dilaksanakan. Alasanya, BRIS merupakan satu-satunya perusahaan yang sudah go public.

“Cangkangnya pakai itu (BRIS), jadi proses penggabungan yang non publik lebih mudah,” tambahnya.

Untuk nasib karyawan setiap bank tersebut, Sis memastikan tidak akan terjadi pengurangan karyawan. “Tidak akan ada pengurangan karyawan, pascamerger semuanya diangkut menjadi satu,” tegasnya.

Ia mengaku, persiapan merger kali ini membutuhkan persiapan yang panjang, mulai dari product mapping, relokasi kantor cabang, hingga integrasi sistem dan teknologi.

Di samping itu, Sis juga optimistis aksi merger ini akan memperkuat posisi bank syariah di Indonesia. Menurutnya, aset ketiga bank tersebut masih berpotensi untuk tumbuh hingga akhir tahun.

“Per Juni 2020, total aset bank syariah ini mencapai Rp214,6 triliun, dengan ekuitas Rp20,4 triliun. Akhir tahun kami memprediksi bisa bertambah menjadi Rp220 triliun-Rp225 triliun,” katanya. (SKO)