logo
Ilustrasi JP Morgan.
Bursa Saham

Respons JP Morgan Soal Peluncuran Danantara, Positif atau Negatif?

  • Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), yang baru saja diluncurkan Presiden Prabowo Subianto pada Senin, 24 Februari 2025, mendapat sorotan JP Morgan.

Bursa Saham

Alvin Bagaskara

JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), yang baru saja diluncurkan Presiden Prabowo Subianto pada Senin, 24 Februari 2025, mendapat sorotan JP Morgan. Lembaga keuangan asal Amerika Serikat ini menilai Danantara memiliki potensi besar dalam investasi nasional.

Dalam riset yang dirilis melalui Bloomberg pada Jumat, 28 Februari 2025, Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan, Henry Wibowo, menyatakan keberadaan Danantara dapat menjadi katalis bagi perekonomian nasional dan pengelolaan aset strategis.

"Kami percaya Danantara berpotensi menjadi katalis positif bagi Indonesia jika berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merealisasikan potensi dari aset BUMN," ungkapnya. Namun, keberhasilan ini sangat bergantung pada strategi investasi yang diterapkan dengan tepat.

JP Morgan mencatat tiga aspek utama dari pembentukan Danantara. Pertama, seluruh saham biasa perusahaan BUMN yang dimiliki oleh Kementerian BUMN akan dialihkan bertahap ke Danantara, kecuali saham Dwiwarna Golden yang tetap berada di bawah kendali kementerian terkait.

Perubahan struktur ini dinilai dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan aset negara serta memberikan fleksibilitas lebih dalam investasi. Dengan skema ini, diharapkan aset negara bisa lebih optimal dalam menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.

Potensi Dividen

Danantara berpotensi menerima dividen tahunan setidaknya US$5 miliar, yang dapat dimanfaatkan untuk investasi lebih besar. Dengan strategi pengelolaan yang tepat, langkah ini diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan PDB Indonesia dari sekitar 5% menjadi 8% secara bertahap.

Hal ini sejalan dengan target pemerintah dalam mendorong pembangunan nasional secara lebih cepat dan efektif. Dengan perencanaan yang matang, Danantara diharapkan dapat mengoptimalkan aset negara untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan investasi global.

Selain itu, struktur kepemimpinan Danantara menjadi perhatian utama. Lembaga ini akan dikelola oleh Dewan Eksekutif yang terdiri dari Rosan Roeslani sebagai CEO, Pandu Sjahrir sebagai CIO, dan Dony Oskaria sebagai COO. Ketiganya berpengalaman dalam investasi.

Henry menilai ketiganya memiliki rekam jejak yang kuat dalam investasi, operasi, serta penggalangan dana. Dengan kepemimpinan yang solid, Danantara diharapkan dapat menjadi pemain utama dalam pengelolaan investasi strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dalam aspek pengawasan, Danantara memiliki Dewan Pengawas yang diketuai oleh Menteri BUMN Erick Thohir, dengan anggota termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Muliaman Hadad. Presiden Prabowo juga membentuk Dewan Penasehat dari tokoh nasional.

Dewan Penasehat ini terdiri dari mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Struktur ini dirancang untuk memastikan tata kelola perusahaan berjalan dengan transparan serta menjunjung tinggi akuntabilitas dalam pengelolaan aset dan investasi strategis.

Alih Aset BUMN

JP Morgan turut menyoroti rencana pengalihan aset BUMN besar ke Danantara. Meski daftar resminya belum diumumkan, beredar kabar bahwa kepemilikan pemerintah di tujuh BUMN utama akan dialihkan dalam tahap awal pembentukan lembaga ini.

Tujuh BUMN utama tersebut meliputi BRI, Bank Mandiri, BNI, Telkom, Pertamina, MIND ID, dan PLN. Aset ini diharapkan menjadi sumber pendanaan utama bagi Danantara dalam memperkuat perannya sebagai pengelola investasi strategis Indonesia.

Ketujuh BUMN ini memiliki total aset sekitar Rp9.000 triliun atau US$550 miliar dan nilai buku yang disesuaikan sekitar Rp2.200 triliun atau US$135 miliar. Aset-aset ini menjadi sumber arus kas stabil bagi Danantara.

Stabilitas ini penting untuk memastikan keberlanjutan investasi yang akan dilakukan di masa mendatang. Dengan pengelolaan yang baik, Danantara dapat mendukung ekspansi sektor-sektor strategis yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Pada 2023 saja misalnya, total dividen yang diterima negara dari perusahaan plat merah ini mencapai Rp73 triliun atau sekitar US$4,5 miliar. Jika seluruh BUMN dialihkan ke Danantara, angka ini berpotensi meningkat hingga lebih dari US$5 miliar setiap tahunnya.

Selain itu, pemerintah berencana menyuntikkan modal sekitar US$20 miliar dari penghematan APBN untuk mendukung investasi di sekitar 20 proyek strategis nasional, termasuk hilirisasi komoditas, kecerdasan buatan, energi terbarukan, dan sektor agrikultur.

Dengan struktur organisasi yang kuat, strategi pengelolaan aset yang efektif, serta dukungan penuh dari pemerintah, Danantara diproyeksikan menjadi instrumen utama dalam percepatan pembangunan ekonomi dan peningkatan daya saing Indonesia di pasar global.

Jika dikelola dengan baik, lembaga ini dapat berperan sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Danantara juga menjadi instrumen investasi jangka panjang yang berdampak luas bagi negara, terutama dalam sektor-sektor strategis nasional.