Respons Kenaikan BI Rate, Bank Mandiri Terapkan Repricing Loan untuk Kredit Korporasi
- Rencana tersebut disampaikan oleh Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo dalam konferensi pers paparan kinerja Bank Mandiri kuartal I-2024 yang diselenggarakan secara virtual, Selasa, 30 April 2024.
Perbankan
JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) akan menerapkan repricing loan secara selektif, khususnya untuk kredit korporasi, dalam rangka merespon kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia alias BI Rate.
Rencana tersebut disampaikan oleh Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo dalam konferensi pers paparan kinerja Bank Mandiri kuartal I-2024 yang diselenggarakan secara virtual, Selasa, 30 April 2024.
Sigit menjelaskan bahwa meskipun terjadi tren kenaikan biaya dana alias Cost of Fund (CoF) di industri perbankan, Bank Mandiri berhasil menjaga CoF di bawah rata-rata industri.
- ATEEZ Jadi Bahan Perbincangan Sejak Tampil di Coachella 2024
- Prospek Saham BRI di Tengah Impitan Suku Bunga dengan Meninjau Tren Historis
- OJK Rilis Aturan Baru Penilaian Investasi Dana Pensiun, Simak Rinciannya di Sini
Per-Februari 2024, CoF industri perbankan berada di posisi 2,79%. Sementara itu, Bank Mandiri mencatat CoF di angka 2,11%.
"Hal ini dilakukan dengan menjaga komposisi dana murah di level 79,48% dengan mendorong pertumbuhan giro dan tabungan,” kata Sigit.
Sigit pun mengatakan, dalam menghadapi kenaikan CoF, bank ini menerapkan strategi repricing loan secara selektif, terutama pada portofolio kredit korporasi.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, meskipun sektor industri perbankan di Indonesia masih menghadapi tantangan likuiditas pasar keuangan dan ketidakpastian konflik geopolitik global, secara keseluruhan tetap menunjukkan ketahanan yang baik.
Darmawan menyatakan bahwa keputusan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, untuk menunda penurunan suku bunga acuannya juga akan mempengaruhi dinamika pasar keuangan domestik.
Sebagai respons terhadap kondisi tersebut, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen. Langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas pasar keuangan agar tetap kondusif.
Darmawan menjelaskan bahwa pengetatan kebijakan moneter ini seharusnya disambut baik oleh industri perbankan di Indonesia karena merupakan bagian dari koordinasi yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Dia percaya bahwa kebijakan BI telah terkoordinasi dengan kebijakan pemerintah untuk terus mendorong stabilitas ekonomi nasional, dan melihat bahwa likuiditas pasar masih relatif stabil.
Darmawan menyebutkan bahwa diharapkan ke depannya tidak akan ada dampak gejolak terhadap ekonomi Indonesia akibat gejolak ekonomi global sehingga pertumbuhan ekonomi domestik bisa tetap solid di kisaran 5% di masa mendatang.
“Kami pun optimistis Bank Mandiri akan terus tumbuh di atas industri dengan kondisi likuiditas yang terus terjaga," kata Darmawan.
Penurunan Suku Bunga di Akhir Tahun
Sigit menyampaikan, kenaikan suku bunga acuan BI bertujuan untuk menjaga stabilitas rupiah. Namun demikian, Bank Mandiri memperkirakan adanya peluang penurunan suku bunga acuan pada kuartal IV 2024, asalkan kondisi makro global mendukung.
Hingga Maret 2024, suku bunga dasar kredit (SBDK) Bank Mandiri pada seluruh segmen masih tetap pada level yang sama seperti pada Desember 2022.
- Saham BRMS, BUMI dan BBCA Layak Diburu Kala IHSG Diramal Menguat
- Investree Digugat Lender Lagi, Total Sudah Ada 6 Gugatan
- AMMN dan ISAT Masuk LQ45, Cek Kinerja Sahamnya
“Kami masih melihat bahwa potensi penurunan bunga acuan ini akan terjadi di kuartal IV 2024,” Sgiti.
Dengan demikian, Bank Mandiri tetap memperhatikan kondisi pasar dan kebijakan regulator dalam menetapkan suku bunga kreditnya, sambil berupaya menjaga profitabilitas dan pertumbuhan di segmen ritel.
Hal ini diharapkan dapat mengimbangi kenaikan biaya dana dan menjaga profitabilitas bank secara keseluruhan.