Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Tangerang, Kamis 29 Juli 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Industri

Restrukturisasi Kredit Bermasalah BRI Turun 20 Persen Menjadi Rp175,2 Triliun

  • Restrukturisasi per akhir Juni 2021 sudah mencapai Rp175,2 triliun dari sebelumnya Rp231 triliun
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Restrukturisasi kredit bermasalah di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mulai merosot seiring adanya pemulihan ekonomi di tahun ini. Total penyelesaian kredit bermasalah akibat COVID-19 di sudah turun Rp55,8 triliun atau setara 20% dari total restrukturisasi.

Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso menyatakan nilai restrukturisasi per akhir Juni 2021 sudah mencapai Rp175,2 triliun dari sebelumnya Rp231 triliun. Dirinya menjelaskan upaya pemulihan ekonomi nasional yang digenjot pemerintah memberikan ruang kebangkitan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang jadi pangsa pasar utama perseroan.

“Sebagian besar restrukturisasi ini menandakan debitur sudah mampu melakukan pembayaran. Namun, ada juga sebagian kecil yang masih downgrade,” ucap Sunarso dalam konferensi pers, Jumat, 6 Agustus 2021.

Meski begitu, Sunarso mengakui rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di BRI masih mengalami efek akibat pandemi COVID-19. NPL gross BRI pada semester I-2021 ini mencapai 3,3%.

“Meski NPL kami di 3,3%, coverage ratio masih sangat tinggi di angka 2,5 kali,” kata Sunarso.

BRI mendapat mandat dari pemerintah untuk memulihkan bisnis UMKM. Emiten pelat merah ini melakukan penjaminan kredit UMKM sebesar Rp19,45 triliun kepada 29.000 debitur hingga semester I-2021.

Pada periode yang sama, BRI telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Super Mikro senilai Rp14.40 triliun kepada 1,64 juta debitur. Lalu, penyaluran subsidi bunga UMKM dengan realisasi Rp5,51 triliun untuk 8,91 juta debitur.

Pascapandemi, Sunarso optimistis kredit UMKM bakal melesat kencang. Dirinya pun mengatakan adanya penambahan portofolio kredit UMKM di BRI dari 80% menjadi 85% pada 2025.

Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah yang coba mendongkrak rasio kredit UMKM di seluruh perbankan menjadi 30% pada 2024. Pasalnya, Indonesia tergolong ketinggalan dari negara-negara tetangga soal penyaluran kredit bisnis wong cilik ini.

Rasio kredit pelaku UMKM di Indonesia hingga 2020 baru mencapai 19,7%. Sementara di singapura tercatat telah mencapai 39%. Adapun Malaysia mampu mencapai 50%, Thailand 51%, Jepang 66%, serta Korea Selatan 82%.