RI Gandeng UEA Bangun Rumah Sakit Kardiologi Modern dan Canggih di Surakarta
Nasional

RI Gandeng UEA Bangun Rumah Sakit Kardiologi Modern dan Canggih di Surakarta

  • Pemerintah Republik Indonesia (RI) menggandeng Uni Emirat Arab (UEA) membangun Rumah Sakit (RS) Kardiologi modern dengan fasilitas canggih di Surakarta.

Nasional

Rumpi Rahayu

JAKARTA - Pemerintah Republik Indonesia (RI) menggandeng Uni Emirat Arab (UEA) membangun Rumah Sakit (RS) Kardiologi modern dengan fasilitas canggih di Surakarta. 

Fasilitas di RS Kardiologi ini mencakup layanan rawat jalan dengan 10 ruang konsultasi dan empat ruang observasi dan monitoring. Selain itu, tersedia fasilitas rawat inap yang terdiri dari kamar presidential suite, kamar VIP dengan satu tempat tidur, kamar perawatan umum, dan kamar isolasi.

RS ini juga dilengkapi dengan fasilitas ruang operasi yang terdiri dari tiga kamar operasi, satu unit perawatan koroner, serta PICU, NICU, ICU, dan unit layanan data. Selanjutnya, terdapat IGD dengan sembilan tempat tidur, serta ruang triase, resusitasi, observasi, tindakan, dan isolasi.

Rumah Sakit Kardiologi ini berencana menerapkan prinsip-prinsip bangunan berkelanjutan, termasuk pemanfaatan panel surya sebagai sumber energi utama, pembangunan sistem penampungan air hujan, dan komitmen untuk mengurangi emisi karbon. Oleh karena itu, bangunan rumah sakit ini juga akan mengadopsi prinsip-prinsip bangunan hijau atau green building.

Dikutip dari Antara, peletakan batu pertama atau ground breaking pembangunan RS tersebut dilakukan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin dan Duta Besar Uni Emirat Arab untuk Indonesia Abdulla Salem Obaid Al Dhaheri pada Senin, 27 November 2023.

Pembangunan rumah sakit jantung ini termasuk sebagai langkah penanganan kekurangan fasilitas kesehatan untuk penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian ini.

"Itu (penyakit jantung, red.) penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di Indonesia dan kita kekurangan fasilitas kesehatan untuk menangani jantung dan stroke," kata Menkes Budi dalam keterangan tertulis.

Menurut Menteri Kesehatan, tingkat kematian akibat penyakit jantung bisa ditekan dengan memberikan penanganan lebih cepat kepada pasien. Pasien yang menderita penyakit jantung memiliki peluang penyembuhan yang melebihi 90% jika mereka mendapatkan perawatan dalam waktu kurang dari empat jam.

Namun, lanjutnya, kurangnya fasilitas yang memadai dapat mengakibatkan penanganan pasien menjadi terlambat atau melebihi batas empat jam. Dampaknya, nyawa pasien mungkin tidak dapat diselamatkan.

"Jadi memang kecepatan penanganan itu sangat menentukan dan fasilitas lengkap yang harus dimiliki cukup banyak," ujarnya.

Menkes menekankan fasilitas kesehatan yang memadai juga harus diiringi dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang memadai. 

"Oleh karena itu, kita harus produksi dokter lebih banyak. Kita sekarang sedang memastikan bahwa pendidikan dokter spesialis harus lebih baik lagi dan lebih mudah. Itu yang sekarang mau kita reformasi," ungkapnya.

Untuk diketahui, RS Kardiologi ini dibangun di atas lahan milik Pemerintah Kota Surakarta yang terletak di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres. Pemerintah UEA akan menanggung seluruh biaya konstruksi pembangunan rumah sakit. Sementara, Pemerintah RI diminta untuk mengelola operasional rumah sakit setelah proses pembangunan selesai.