Presiden Joko Widodo saat melakukan groundbreaking pabrik baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara milik PT Indonesia Battery Corporation (IBC) dan Konsorsium LG dari Korea Selatan.
Nasional

RI Rayu Eropa Ikut Bangun Industri Baterai Kendaraan Listrik

  • Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengundang investor Eropa untuk ikut menanamkan modal di Indonesia dan membangun industri baterai kendaraan listrik.

Nasional

Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengundang investor Eropa untuk ikut menanamkan modal di Indonesia dan membangun industri baterai kendaraan listrik.

"Pada momentum ini kami mengundang para investor dari Eropa untuk mengambil bagian dalam industri baterai (kendaraan listrik)," katanya dalam webinar bertajuk "Post Pandemic Economic Recovery: Attracting Investment through Structural Reform" yang digelar Eurocham dan Kementerian Investasi/BKPM, Selasa, 21 September 2021.

Guna membangun hilirisasi industri, pemerintah Indonesia terus mendorong pengembangan industri baterai kendaraan listrik di Tanah Air. Indonesia telah mengantongi investasi senilai US$9,8 miliar (setara Rp142 triliun) untuk pengembangan industri baterai kendaraan listrik secara terintegrasi dari Korea Selatan.

Pekan lalu, Rabu, 15 September 2021, tahap pertama investasi asal Negeri Ginseng itu telah mulai terealisasi dengan dibangunnya pabrik battery cell senilai US$1,1 miliar di Karawang, Jawa Barat.

Tidak hanya Korea Selatan, pada akhir tahun ini akan pula dibangun pabrik baterai kendaraan listrik oleh CATL, produsen baterai kendaraan listrik asal China.

Bahlil pun mengundang investor Eropa untuk ikut masuk berinvestasi dalam ekosistem industri tersebut lantaran bahan baku baterai kendaraan listrik mayoritas bisa didapatkan di Tanah Air.

"Kenapa ini saya tawarkan (ke Eropa)? Komponen bahan baku baterai mobil itu empat, yaitu nikel, mangan, kobalt dan litium. Di Indonesia, kami mempunyai tiga jenis bahan baku, yaitu nikel, mangan dan kobalt, sementara litiumnya kita ambil dari luar," katanya.

Mantan Ketua Umum Hipmi itu juga menyebut sekitar 24%-26% cadangan nikel dunia terdapat di Indonesia. Fakta tersebut tentu sangat menguntungkan bagi Indonesia karena jaminan pasokan bahan baku.

"Maka izinkan kami untuk memberikan waktu kepada Indonesia untuk membangun hilirisasi. Kita ingin memberikan kontribusi kepada dunia dengan produk-produk yang berkualitas dan teknologi tinggi," katanya.

Bahlil mempersilakan para investor untuk masuk ke Indonesia dengan membawa modal, teknologi dan pasar. Pemerintah akan mengurus perizinan, insentif, bahkan soal lahannya.

Ia pun mengingatkan agar investasi juga harus melibatkan BUMN, pengusaha nasional serta UMKM.

"Tambangnya bisa kita atur, yang penting adalah ada komunikasi yang baik dengan pemerintah. Kami yakinkan bahwa kolaborasi harus dibangun baik antara investor, BUMN maupun dengan pengusaha-pengusaha nasional dan UMKM," katanya.

Tidak hanya investasi di industri baterai kendaraan listrik, Bahlil juga mengundang investor Eropa di bidang usaha lainnya. Indonesia kaya akan sumber daya alam seperti batu bara dan kelapa sawit.

Bahlil juga menegaskan pemerintah terus melakukan penataan untuk bisa menjaga keberlanjutan lingkungan.

"Yakinlah, bahwa kita sedang melakukan penataan untuk juga menghargai lingkungan, termasuk juga nikel, batu bara. Kita pro lingkungan, kita ingin ke depan Indonesia bisa memberikan kontribusi terbaiknya kepada dunia dalam menjaga iklim," katanya.