logo
<p>Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore, 24 Juli 2020, ditutup melemah seiring kekhawatiran ancaman resesi ekonomi Indonesia. / Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

RI Terancam Resesi Bikin Kurs Rupiah Jeblok, IHSG Anjlok

  • Rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,21% menjadi Rp14.610 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.580 per dolar AS. Sedangkan, IHSG Jumat sore, 24 Juli 2020, ditutup melemah 62,02 poin atau 1,21% ke posisi 5.082,99.

Industri

Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Kekhawatiran akan resesi ekonomi Indonesia membuat nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kompak anjlok.

Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore, 24 Juli 2020, ditutup melemah seiring kekhawatiran ancaman resesi ekonomi Indonesia. Rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,21% menjadi Rp14.610 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.580 per dolar AS.

“Ketika harapan akan pemulihan ekonomi di Eropa membuncah, pelaku pasar justru pesimistis perekonomian AS akan segera bangkit. Sebabnya, penambahan kasus COVID-19 di Negeri Paman Sam yang terus meningkat,” kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, dilansir Antara, Jumat, 24 Juli 2020.

Negara bagian California bahkan kembali menerapkan kebijakan karantina (lockdown) guna meredam penyebaran COVID-19. Berdasarkan data Worldometers, jumlah kasus COVID-19 di AS saat mencapai 4,17 juta kasus, dengan lebih dari 147.000 orang meninggal dunia.

Pasar juga merespons negatif ketegangan antara AS-China yang kembali muncul setelah AS meminta Beijing untuk menutup kantor konsulat diplomatiknya di Houston. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin sebelumnya mengingatkan akan ada balasan setimpal jika aksi itu tak dikoreksi.

Rilis beberapa data ekonomi AS juga mengecewakan, termasuk laporan Departemen Tenaga Kerja yang menunjukkan bahwa klaim untuk tunjangan pengangguran AS meningkat untuk pertama kalinya dalam kurun 16 minggu.

Laporan tersebut menyebutkan, klaim pengangguran awal melonjak menjadi 1,42 juta pada pekan yang berakhir 18 Juli 2020, meningkat sebesar 109.000 dari tingkat 1,3 juta di pekan sebelumnya.

Proyeksi Ekonomi RI

Dari domestik, Bank Indonesia (BI) telah melihat proyeksi perekonomian Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan negatif pada kuartal II-2020. Kemungkinan besar juga pertumbuhan negatif tersebut tetap berlanjut pada kuartal III-2020. Dengan ramalan tersebut, artinya Indonesia akan masuk jurang resesi.

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono, menilai walau ada potensi koreksi, mayoritas mata uang utama masih bisa menguat terhadap dolar AS.

“Rupiah pun sepertinya mulai bisa diharapkan menguat didukung semangat bursa sahamnya dan perbaikan ekonomi domestik didukung harapan meredanya kasus COVID-19 setelah adanya uji coba vaksin,” ujar Wahyu.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.525 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.512 per dolar AS hingga Rp14.613 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada akhir pekan menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.614 per dolar AS dibandingkan dengan hari sebelumnya di posisi Rp14.669 per dolar AS.

IHSG Jumat sore, 24 Juli 2020, ditutup melemah 62,02 poin atau 1,21% ke posisi 5.082,99. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak turun 15,42 poin atau 1,91% menjadi 791,14. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Asing Lepas Portofolio Saham

Setali tiga uang, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir pekan juga ditutup anjlok seiring aksi jual investor asing.

IHSG Jumat sore ditutup melemah 62,02 poin atau 1,21% ke posisi 5.082,99. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak turun 15,42 poin atau 1,91% menjadi 791,14.

“Pelemahan IHSG dipicu kekhawatiran ancaman resesi ekonomi Indonesia, ketegangan diplomatik AS dengan China, aksi ambil untung, dan peningkatan kasus Virus Corona,” kata Analis Bina Artha Sekuritas M Nafan Aji Gusta Utama.

Dibuka melemah, IHSG tak mampu beranjak dari zona merah sepanjang perdagangan hingga penutupan bursa saham.

Secara sektoral seluruh sektor terkoreksi dengan sektor konsumer turun paling dalam yaitu minus 1,86%, diikuti sektor aneka industri dan sektor manufaktur masing-masing minus 1,76% dan minus 1,47%.

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau net foreign sell sebesar Rp739,88 miliar. Hal itu membuat catatan net sell asing sejak awal tahun menebal menjadi Rp18,37 triliun.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 790.231 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 13,58 miliar lembar saham senilai Rp8,38 triliun. Sebanyak 135 saham naik, 296 saham menurun, dan 163 saham tidak bergerak nilainya.

Sementara itu bursa saham regional Asia sore seperti Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 557,67 poin atau 2,21% ke 25.705,33. Kemudian, Indeks Shanghai China anjlok 128,34 poin atau 3,86% ke 3.196,77. Terakhir, Indeks Straits Times Singapura jeblok 33,29 atau 1,27 ke 2.579,06. (SKO)