Ilustrasi cat enamel.
Nasional

Riset: 70 Persen Cat Enamel di Indonesia Mengandung Timbal

  • Sekitar 70% cat enamel yang dipasarkan di Indonesia diketahui mengandung zat kimia berbahaya yakni timbal. Cat jenis ini banyak ditemui untuk melapis besi dan kayu. Kondisi ini dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan terutama anak-anak.

Nasional

Chrisna Chanis Cara

SOLO—Sekitar 70% cat enamel yang dipasarkan di Indonesia diketahui mengandung zat kimia berbahaya yakni timbal. Cat jenis ini banyak ditemui untuk melapis besi dan kayu. Kondisi ini dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan terutama anak-anak.

Riset tersebut diungkapkan General Manager Nexus3 Foundation Krishna Zaki dalam talkshow “Akhiri Keracunan Timbal pada Anak” yang digelar Yayasan Gita Pertiwi di Taman Cerdas Jebres Solo, Senin, 30 Oktober 2023. Kegiatan itu diikuti sejumlah siswa SD-SMP serta guru di Kota Solo. 

Menurut Krishna, bahaya keracunan timbal menjadi ancaman nyata bagi anak-anak. Hal ini mengingat banyaknya sarana-prasarana sekolah yang berbahan besi maupun kayu, tak terkecuali sarana bermain anak. 

“Rata-rata cat enamel yang mengandung timbal adalah cat berwarna cerah dan warna-warni. Kita ketahui semua, mayoritas sarana bermain anak dicat dengan warna seperti itu,” ujar Krishna. 

General Manager Nexus3 Krishna Zaki memberikan pemaparan dalam talkshow "Akhiri Keracunan Timbal pada Anak" di Taman Cerdas Jebres Solo, Senin, 30 Agustus 2023. (Chrisna Chanis Cara/TrenAsia)

Dalam riset sejak 2013 hingga 2021, pihaknya menemukan sekitar 70% cat enamel yang diteliti mengandung timbal di atas ambang batas aman 90 ppm. Pada tahun 2021, sekitar 39% cat enamel bahkan diketahui mengandung timbal lebih dari 10.000 ppm. 

“Cat yang mengklaim bebas timbal saja ternyata masih ada yang melebihi ambang batas saat kami cek. Kondisi ini tak lepas dari belum adanya regulasi yang mengikat soal penggunaan timbal dalam cat. Padahal penggunaan timbal dalam cat sudah dilarang di banyak negara,” ujarnya. 

Sebagai informasi, timbal yang bersifat toksik dan persisten dapat mengganggu perkembangan otak, gangguan belajar, hingga hiperaktif. Selain mendorong pemerintah segera menerbitkan aturan terkait, Nexus3 mendorong warga menjadi konsumen cerdas dengan memilih cat dengan pigmen organik. 

Lebih lanjut, Krishna mendorong orangtua rutin membiasakan anak untuk pola hidup bersih dan sehat (PHBS). “Hindari juga kebiasaan mengopek cat yang sudah terkelupas. Ingat, tubuh anak mampu menyerap 50% paparan timbal.”

Perwakilan Tim Pembina UKS dan Madrasah Dinas Pendidikan Solo Hartoyo mengatakan dampak paparan timbal perlu menjadi perhatian khusus bagi pihak sekolah. “Terutama untuk sarana-prasarana di kantin. Perlu dipastikan cat tidak mengandung timbal untuk mengantisipasi dampak jangka panjang,” ujarnya.