Lari olahraga lari
Sains

Riset: Aktivitas Fisik dapat Netralkan Dampak Negatif Akibat Isolasi Sosial

  • Satu jam aktivitas fisik sedang, setara dengan berjalan dengan kecepatan tiga mil per jam, dapat efektif mengurangi dampak negatif kesendirian terhadap mood. Dampak positif dari aktivitas fisik terhadap mood ini konsisten diamati di kedua kelompok studi.
Sains
Rumpi Rahayu

Rumpi Rahayu

Author

JAKARTA - Sebuah studi baru yang diterbitkan di Nature Mental Health memberikan bukti bahwa terlibat dalam aktivitas fisik dapat mengurangi dampak negatif isolasi sosial terhadap kesejahteraan mental, terutama di antara individu yang rentan secara psikologis dan neurobiologis. 

Temuan ini memiliki implikasi mendalam bagi kesehatan masyarakat, terutama di dunia pasca-pandemi di mana isolasi telah menjadi masalah yang lebih mendesak daripada sebelumnya.

Motivasi untuk penelitian baru ini berasal dari tantangan sosial yang meningkat terkait isolasi sosial dan kesendirian, yang lebih dipercepat oleh pandemi COVID-19. Studi sebelumnya yang dilakukan oleh tim peneliti telah mengeksplorasi efek kontak sosial dan aktivitas fisik terhadap ketahanan kesehatan mental. Namun, pandemi memberikan kesempatan unik untuk menyelidiki strategi potensial yang dapat melawan masalah isolasi yang semakin meningkat.

“Minat utama kami dalam topik ini berasal dari studi sebelumnya dari kelompok penelitian kami, yang menyelidiki pengaruh kontak sosial dan aktivitas fisik terhadap ketahanan kesehatan mental. Pandemi COVID-19 meningkatkan motivasi kami untuk menyelidiki strategi yang dapat melawan isolasi sosial dan kesendirian yang semakin meningkat,” jelas penulis studi Anastasia Benedyk dan Markus Reichert.

Studi ini melibatkan sekelompok 317 orang dewasa muda sehat berusia 18-28 tahun, yang diamati selama seminggu, dan sampel replikasi dari 30 orang dewasa sehat berusia 18-63 tahun, yang diamati selama enam bulan selama pandemi di Jerman. 

Partisipan dalam kedua studi dilengkapi dengan akselerometer, yang dikenakan di pinggang atau pergelangan tangan mereka, untuk mengukur aktivitas fisik secara objektif dan dapat diukur.

Selain pemantauan aktivitas fisik, studi ini menggunakan buku harian elektronik berbasis smartphone (e-diaries) untuk partisipan melaporkan kontak sosial mereka dalam kehidupan nyata dan mood mereka pada berbagai waktu sepanjang hari. Untuk menilai kesejahteraan mental, studi ini berfokus pada valensi afektif, sebuah ukuran mood yang berkisar dari perasaan tidak sehat hingga sehat.

Para peneliti menemukan bahwa satu jam aktivitas fisik sedang, setara dengan berjalan dengan kecepatan tiga mil per jam, dapat efektif mengurangi dampak negatif kesendirian terhadap mood. Dampak positif dari aktivitas fisik terhadap mood ini konsisten diamati di kedua kelompok studi.

Selain itu, sebagian partisipan dari studi pertama menjalani pemindaian resonansi magnetik fungsional (fMRI) dalam keadaan istirahat. Pemindaian ini digunakan untuk menilai konektivitas dalam jaringan mode default (DMN), sebuah jaringan otak yang terkait dengan pikiran diri dan regulasi emosi, dan diidentifikasi sebagai penanda neurobiologis risiko isolasi sosial dan depresi.

Individu dengan konektivitas yang lebih tinggi dalam DMN menunjukkan respons positif yang lebih besar terhadap aktivitas fisik dalam hal peningkatan mood. Ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik mungkin memiliki efek positif yang lebih kuat pada individu yang secara neurobiologis rentan terhadap kesendirian atau depresi.

Analisis eksploratori lebih lanjut menegaskan manfaat aktivitas fisik dalam kondisi pembatasan, seperti jam malam dan pusat kebugaran yang ditutup, selama pandemi. Bahkan aktivitas fisik ringan dan latihan yang dilakukan di rumah terbukti bermanfaat. 

Hal ini menunjukkan bahwa efek meningkatkan mood dari aktivitas fisik tidak terbatas pada latihan intensitas tinggi atau latihan yang dilakukan dalam pengaturan tertentu tetapi juga dapat dicapai melalui bentuk gerakan yang lebih mudah diakses.