Riset Amartha: Mayoritas UMKM Gunakan Uang Tunai untuk Transaksi, Ini 3 Alasan Utamanya
- Alasan pertama yang menyebabkan lebih tingginya minat pelaku UMKM terhadap uang tunai adalah karena takutnya melakukan kesalahan teknis saat menggunakan layanan nontunai.
Fintech
JAKARTA – Hasil riset dari PT Amartha Mikro Fintek menunjukkan bahwa mayoritas pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menggunakan uang tunai dalam bertransaksi karena dilandasi oleh tiga alasan utama.
Riset berjudul Indonesia Grassroots Entrepreneurs Report 2022 itu menemukan bahwa sekitar 85,6% pelaku UMKM masih menggunakan uang tunai dalam transaksinya.
Sementara itu, 14,2% responden menggunakan transaksi tunai dan nontunai, sedangkan 0,2% sisanya menggunakan layanan nontunai sepenuhnya.
- Hati-Hati! Jasa Marga Lakukan Rekonstruksi 6 Titik Lokasi Jalan Tol Jakarta-Cikampek
- Orang Ini Menyadari Kesalahan pada Namanya setelah 61 Tahun
- Tidak Hanya Pengabdi Setan 2, Ini 5 Rekomendasi Film Baru yang Tayang di Bioskop Agustus 2022
Alasan pertama yang menyebabkan lebih tingginya minat pelaku UMKM terhadap uang tunai adalah karena takutnya melakukan kesalahan teknis saat menggunakan layanan nontunai.
Alasan yang kedua, kurangnya rasa percaya diri, dan alasan yang ketiga karena tidak mengetahui fitur serta cara menggunakannya.
Riset ini dilakukan terhadap 402 responden yang memiliki usaha mikro dan ultramikro dan tinggal di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan. Riset dilaksanakan pada 1-8 November 2021.
Sebagai informasi, data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) per Mei 2022 mengungkapkan baru 26,5% dari seluruh UMKM di Indonesia yang sudah terhubung dengan ekosistem digital.
Bank Indonesia (BI) turut berupaya untuk meningkatkan adopsi digital dalam kegiatan UMKM seiring dengan perkembangan akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja online.
Dari sisi transaksi, BI sebagai regulator sistem pembayaran telah menciptakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai kanal yang dinilai bank sentral dapat membuka peluang pemberdayaan ekonomi, khususnya bagi UMKM.
- Catat! Tarif Airport Tax Bandara Soekarno Hatta Naik Mulai Hari Ini
- Paling Dicari Kolektor Dunia, Deretan Uang Kuno Ini Punya Harga Jutaan Dolar
- Kapal Gandum Pertama Meninggalkan Ukraina, Ini Yang Bisa Kita Ketahui
Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman pun sempat mengatakan bahwa pada akhir semester I-2022, QRIS sudah menghimpun sebanyak 20,6 juta pengguna, dan hampir 90% di antaranya adalah UMKM.
Merespon data tersebut, BI pun terus mendorong percepatan transformasi dalam membangun ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang terintegrasi melalui tiga strategi utama.
Strategi yang pertama yaitu mempercepat konsolidasi industri pembayaran yang sehat, kompetitif, dan inovatif melalui reformasi regulasi.
Strategi yang kedua adalah pengembangan infrastruktur sistem pembayaran yang sarat akan interoperabilitas, interkoneksi, dan terintegrasi. Yang terakhir, mengembangkan praktik pasar yang aman, efisien, dan adil.