Aktifitas pedagang di lapaknya di Pasar Senen, Jakarta, Selasa, 13 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

Riset Analis: Inflasi Januari Melandai, Akankah jadi Sinyal Moderasi?

  • Ekonom Senior Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menjelaskan bahwa inflasi Indonesia pada Januari 2023 berada pada posisi 5,3% atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu pada posisi 5,5%, bahkan masih lebih rendah dari ekspektasi konsensus sebesar 5,4% secara tahunan.
Nasional
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia merilis riset makro ekonomi yang menunjukkan adanya tren moderasi ke depan. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat inflasi yang melandai pada periode Januari 2023.

Ekonom Senior Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menjelaskan bahwa inflasi Indonesia pada Januari 2023 berada pada posisi 5,3% atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu pada posisi 5,5%, bahkan masih lebih rendah dari ekspektasi konsensus sebesar 5,4% secara tahunan.

Menurutnya, inflasi yang lebih rendah, baik secara tahunan maupun bulanan didorong oleh faktor musiman, menyusul tingginya inflasi di bulan Desember 2022 yang bertepatan dengan libur Natal dan Tahun Baru. 

“Kami melihat angka inflasi secara keseluruhan di bulan Januari 2023 dapat dikelola dan menunjukkan tren moderasi ke depan,” tulis Rully melalui riset yang diterima Kamis, 2 Februari 2023.

Sementara itu, lanjut dia, komponen inflasi pangan meningkat menjadi 5,7% year-on-year (yoy) di bulan Januari. Jika merujuk data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, sejumlah harga pangan memang terus meningkat pada awal tahun ini, seperti beras, cabai merah, dan cabai rawit. 

“Kami menilai volatilitas harga pangan akan tetap menjadi risiko terbesar bagi inflasi domestik ke depan,” tambah Rully.

Baru-baru ini, Bank Indonesia (BI) juga telah memberikan sinyal kuat bahwa kenaikan suku bunga kebijakan sebesar 25bps menjadi 5,75% pada Januari lalu akan menjadi kenaikan suku bunga kebijakan terakhir oleh selama siklus pengetatan moneter saat ini. Di sisi lain, bauran kebijakan lainnya fokus pada pertumbuhan. 

Rully melihat bahwa BI tetap berkomitmen untuk memastikan kecukupan likuiditas perbankan untuk mendukung pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebagai bagian dari kebijakan makroprudensial yang akomodatif.