Dirut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra bersiap mengikuti rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR dengan agenda restrukturisasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 9 November 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Korporasi

Riset Analis: Suntikan Modal Belum Mampu Membuat Garuda Indonesia (GIAA) Untung Tahun Ini

  • Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengatakan bahwa secara umum, tahun 2023 akan menjadi tantangan bagi maskapai penerbangan untuk mencerminkan strategi bisnisnya di atas kertas.

Korporasi

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Emiten maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) diperkirakan belum dapat menorehkan kinerja positif pada tahun ini kendati mendapat suntikan modal dari sejumlah pemegang saham.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengatakan bahwa secara umum, tahun 2023 akan menjadi tantangan bagi maskapai penerbangan untuk mencerminkan strategi bisnisnya di atas kertas.

“Meskipun kami memperkirakan GIAA tidak akan menguntungkan secara operasional pada tahun 2023, kami percaya bahwa suntikan modal memberikan landasan yang kokoh bagi perusahaan untuk fokus pada peningkatan operasinya lebih lanjut,” ujarnya dalam sebuah riset yang dirilis Kamis, 26 Januari 2023.

Dengan berakhirnya skema restrukturisasi utang (PKPU), perseroan bertujuan untuk memaksimalkan kinerjanya dengan struktur biaya yang adaptif. Selain itu, Garuda Indonesia berencana bakal fokus pada sejumlah strategi.

Di antaranya penyesuaian tarif sewa pesawat, optimalisasi jaringan rute penerbangan, optimalisasi komposisi armada, sewa dengan skema power by hour leasing term, optimalisasi revenue dari cargo dan ancillary.

“Data operasional saat ini yang menunjukkan pergeseran keseluruhan menuju penerbangan domestik dan pengoptimalan kargo relatif sejalan dengan panduan manajemen,” tambah Rizkia dalam risetnya.

Dari sisi kinerja, perseroan membukukan pendapata sebesar US$627 juta pada kuartal III-2022 atau melambung 158,9% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadikan pendapatan kumulatif US$1,5 miliar sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu.

“Dari sisi biaya, data 11M22 sudah menunjukkan beberapa perbaikan sesuai dengan strategi perusahaan, yaitu biaya sewa pesawat terhadap pendapatan sudah turun menjadi 9 persen dari 27 persen,” tutup dia.