Nampak sejumlah warga menyerbu bazar takjil Benhil yang menjual berbagai macam makanan menjelang waktu berbuka puasa, Minggu 10 April 2022. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Riset BSI: 84,4 Persen Warga Lebih Konsumtif Selama Ramadan

  • Jakarta menjadi provinsi dengan tingkat pengeluaran terbesar selama bulan Ramadan tahun ini. Rata-rata pengeluaran selama Ramadan di Jakarta diketahui menembus Rp5,05 juta per orang. Selain itu, sekitar 84,4% warga diketahui mengalami peningkatan pengeluaran selama Ramadan.

Nasional

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Jakarta menjadi provinsi dengan tingkat pengeluaran terbesar selama bulan Ramadan tahun ini. Rata-rata pengeluaran selama Ramadan di Jakarta diketahui menembus Rp5,05 juta per orang. Selain itu, sekitar 84,4% warga diketahui mengalami peningkatan pengeluaran selama Ramadan.

Hal itu diketahui dari riset BSI Institute, dikutip TrenAsia.com, Selasa, 9 April 2024. Senior Quantitative Analyst BSI Institute Fatiya Rumi Humaira mengatakan rata-rata pengeluaran per individu selama Ramadan meningkat Rp1,20 juta dari biasanya. Jumlah itu hampir setara dengan tingkat Upah Minimum Regional (UMR). 

“Jika membandingkan kenaikan pengeluaran Ramadan di tingkat individu, Jakarta memimpin peningkatan konsumerisme-altruisme tertinggi. Hal ini disebabkan baseline tingkat pengeluaran di provinsi tersebut yang sudah tinggi, bahkan di bulan selain Ramadan,” ujar Fatiya dalam risetnya.

Baca Juga: Menilik Tren Pinjol di Momentum Ramadan, Apakah Kredit Macet Selalu Naik?

Adapun provinsi dengan peningkatan pengeluaran terbesar kedua selama Ramadan adalah Kepulauan Riau yang meningkat Rp1,03 juta. Selanjutnya ada Kalimantan Timur Rp950 ribu, dan Kepulauan Bangka Belitung Rp940 ribu. 

Fatiya mengatakan sebanyak 84,4% masyarakat melaporkan pengeluaran yang lebih besar selama Ramadan. “Secara umum, rata-rata kenaikan nominal pengeluaran bulanan adalah 33% lebih besar dibandingkan bulan lainnya,” imbuh dia. 

Pihaknya menjelaskan tingginya konsumsi selama Ramadan direfleksikan dalam proporsi masyarakat yang berbelanja selama bulan suci yaitu sebesar 66,1%. Adapun proporsi yang berbelanja saat hari raya hanya 0,9%. 

Di tengah peningkatan konsumsi tersebut, alokasi untuk aktivitas ekonomi yang bersifat altruisme cukup tinggi. Kalkulasi BSI, sebanyak 21% masyarakat memberi hampers atau gift kepada kerabat atau saudara selama periode Ramadhan Idul Fitri. “Rata-rata biaya hampers/gift adalah sebesar Rp 365.350,” ujar Fatiya.

Altruisme adalah sifat yang lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain. Peningkatan juga terjadi pada konsumsi alat kebersihan, yakni 70% masyarakat membersihkan rumah menjelang puasa. 

Baca Juga: Perputaran Ekonomi Saat Mudik Diproyeksi Capai Rp386 Triliun

Lebih lanjut, total potensi perputaran ekonomi dari biaya perjalanan mudik Lebaran 2024 mencapai Rp30,42 triliun. Nilai itu berlaku secara nasional dari akumulasi di berbagai daerah. Namun secara umum, hanya 18,4% masyarakat yang mengeluarkan uang untuk jalan-jalan atau travelling selama Ramadan. 

Perputaran ekonomi dari biaya mudik ini meningkat dua kali lipat menjelang akhir Ramadan, yakni 36,8%. “Rata-rata biaya perjalanan mudik nasional adalah Rp 591.150,” demikian hasil riset BSI Institute. 

Secara metode perjalanan publik, masyarakat sebagian besar mudik dengan mobil pribadi (47%) mudik. Adapun 32% dengan motor pribadi, 25% dengan bis/travel, 19% dengan kendaraan sewa, 19% dengan kereta, 12% dengan pesawat, dan 6% dengan kapal.