<p>Ilustrasi work from home. Dok: Pexels.</p>
Rumah & Keluarga

Riset: Gen Z Rela Gaji Lebih Kecil Asal Bisa WFH

  • Dalam riset “Work Relationship Index” yang dilakukan tim Hewlett-Packard (HP), sekitar 93% Gen Z dengan mudah menerima gaji lebih kecil asal mereka bisa memiliki hubungan kerja yang baik. Angka ini diikuti generasi milenial sebanyak 89%.

Rumah & Keluarga

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Generasi Z atau Gen Z belakangan terus menjadi sorotan. Generasi kelahiran 1997-2012 ini dinilai memiliki ciri khas yang tak dimiliki generasi sebelumnya seperti Gen X atau Gen Y (milenial). Salah satu ciri khas kental yang melekat pada generasi ini adalah menginginkan kebebasan dan perhatian pada kesehatan mental.  

Sebuah riset baru-baru ini menunjukkan Gen Z relah mendapatkan gaji lebih kecil asal bisa bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Mereka juga tak masalah digaji lebih sedikit asal memiliki lingkungan kerja yang menunjang kesehatan mental.

Dalam riset “Work Relationship Index” yang dilakukan tim Hewlett-Packard (HP), sekitar 93% Gen Z dengan mudah menerima gaji lebih kecil asal mereka bisa memiliki hubungan kerja yang baik. Angka ini diikuti generasi milenial sebanyak 89%. Riset pekerja tersebut dilaksanakan di 12 negara, termasuk Indonesia. 

Riset melibatkan lebih dari 15 ribu responden selama Juni-Juli 2023. “Alasan riset ini diinisiasi adalah karena cara kerja kita sudah berubah pasca-pandemi dengan adanya kerja hybrid, bahkan kerja di mana saja (WFA). Sehingga ekspektasi dan hubungan kita dengan pekerjaan kita juga berubah," kata Country Manager HP New Zealand Oliver Hill.

Lebih lanjut, riset menemukan 16% Gen Z rela gajinya dipotong asal mereka bisa memilih tempat kerja sendiri atau dengan sistem WFH dan Work From Anywhere (WFA). Sedangkan 18% Gen Z ingin bisa memilih jadwal kerja mereka sendiri. 

Adapun 15% Gen Z ingin bekerja di suatu tempat dengan sekumpulan orang yang memiliki hubungan dekat meski harus mempertaruhkan gaji mereka. Hal ini selaras dengan riset “Work Relationship Index” yang menyebutkan hanya 38% pekerja di Indonesia yang memiliki hubungan baik dengan rekan kerja dan kantor mereka.

Indikator Work Relationship Index di sejumlah negara yang diteliti. (HP)

Dalam risetnya, HP mengatakan hubungan yang tidak sehat dengan pekerjaan bisa berdampak buruk bagi pekerja itu sendiri. Pekerja menghadapi kendala kesehatan mental yang kemudian bisa berpengaruh pada kesehatan fisik. 

Sebanyak 62% pekerja yang tidak memiliki hubungan baik dengan pekerjaannya bisa terkena penyakit dari makan makanan yang tidak sehat, kurang berolahraga, susah tidur sampai naiknya berat badan. Terkait kesehatan mental, 55% pekerja diketahui mengalami masalah dengan kesehatan mentalnya.

Mereka merasa harga diri menurun, kehilangan jati diri, merasa gagal sampai merasa terisolasi. Riset HP di Indonesia menemukan hanya 38% pekerja yang memiliki hubungan sehat dengan pekerjaannya. Dari jumlah tersebut, 77% responden mengaku mempertimbangkan resign atau keluar dari pekerjaan.