<p>Transaksi belanja online meningkat saat pandemi COVID-19. / Facebook @ShopeeID</p>

Riset: Masyarakat Indonesia Makin Percaya pada E-Commerce

  • Peningkatan aktivitas e-commerce didukung oleh konsumen Generasi Z dan Milenial yang berkontribusi sebesar 85% dari total transaksi.

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Perusahaan financial technology peer-to-peer lending Kredivo melakukan riset bersama Katadata Insight Center terkait transaksi e-commerce dalam negeri. Peningkatan jumlah rata-rata transaksi e-commerce per bulan dari kuartal I menuju kuartal terakhir 2019 menunjukkan kepercayaan yang semakin baik dalam terhadap e-commerce.

Puncak peningkatan terjadi pada bulan Desember 2019 dengan jumlah transaksi lebih besar 22% daripada rata-rata jumlah transaksi bulanan. Peningkatan kepercayaan dan kenyamanan dalam berbelanja online ini juga membuat konsumen merasa lebih yakin saat bertransaksi dalam nominal besar. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai transaksi yang meningkat dari tahun 2018 ke 2019 di hampir semua tiga belas kategori produk.

General Manager Kredivo Indonesia, Lily Suriani mengatakan, adaptasi kebiasaan baru dengan berbagai perubahan perilaku masyarakat menuntut pelaku bisnis terus memahami tren dan perilaku konsumen. Dengan begitu, ia percaya dengan adanya riset ini turut akan memberikan manfaat  bagi strategi bisnis para mitra e-commerce.

Lily menyampaikan bahwa tren positif tersebut juga berlanjut ke semester pertama tahun 2020. Dia mengungkapkan, berdasarkan data internal Kredivo mencatat peningkatan frekuensi pembelian di e-commerce yang terus berlanjut. Khususnya pada barang-barang kebutuhan pokok.

“Hal ini menandakan bahwa masyarakat tetap percaya pada e-commerce meskipun di tengah situasi menantang saat ini,” ujarnya melalui keterangan pers beberapa waktu lalu.

Pertumbuhan E-commerce di Luar Jawa

Disisi lain, riset juga menemukan bahwa potensi pertumbuhan e-commerce di luar Jawa cukup baik. Sebagai contoh beberapa kota besar di luar Jawa memiliki konsumen e-commerce yang cukup banyak, seperti Medan, Palembang, dan Denpasar.

”Pertumbuhan e-commerce di luar Pulau Jawa ini juga menjadi sinyal baik bagi inklusi digital. Penetrasi internet, daya beli, dan upah minimum regional (UMR) menjadi daya dorong utama dalam peningkatan transaksi digital. Ini juga menunjukkan peluang peningkatan inklusi finansial akibat penggunaan teknologi keuangan dalam bertransaksi digital,”tambahnya lagi.

Kelompok Umur Pengguna E-commerce

Sementara itu, Direktur Riset Katadata Insight Center, Mulya Amri mengemukakan temuan menarik lainnya. Diantaranya peningkatan aktivitas e-commerce didukung oleh konsumen Generasi Z dan Milenial yang berkontribusi sebesar 85% dari total transaksi.

Kendati demikian, kata Mulya, semua kelompok umur tetap terbuka untuk bertransaksi online. Hal ini terlihat dari jumlah transaksi rata-rata per orang tiap tahunnya yang hampir sama. Yakni 17-20 kali dalam setahun, berapapun usianya.

“Data ini menunjukkan meskipun didominasi milenial, kepercayaan konsumen pada e-commerce sebagai cara berbelanja terjadi pada lintas generas,” tambah Mulya.

Menanggapi hasil riset ini, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Ignatius Untungmengatakan hasil riset ini menunjukkan pentingnya mengetahui tren perilaku konsumen dalam membeli produk. Dari riset ini, kata Ignatius, pelaku e-commerce bisa belajar bahwa terdapat peningkatan tren serta kepercayaan yang tinggi.

 “Seiring potensi perkembangan e-commerce saat masa adaptasi kebiasaan baru ini, harapannya hasil riset ini dapat berlanjut dengan peningkatan kolaborasi antara sesama pelaku ekonomi digital khususnya pelaku teknologi keuangan dan juga dengan regulator,” imbuhnya.