
Riset: Investor Panik dengan Narasi Danantara dan Ekonomi Indonesia
- Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia, Danantara, resmi mengumumkan susunan tim eksekutif dan penasihatnya. Dengan menggandeng para tokoh keuangan global dan nasional, pemerintah berharap kehadiran Danantara dapat meningkatkan profesionalisme dan optimisme di pasar keuangan Indonesia.
Nasional
JAKARTA – Tim Algo Research menilai bahwa aksi jual saham yang berdampak kepada penyusutan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh aksi panik dari para investor akan narasi negatif mengenai Danantara dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan, bukan karena faktor fundamental.
Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia, Danantara, resmi mengumumkan susunan tim eksekutif dan penasihatnya. Dengan menggandeng para tokoh keuangan global dan nasional, pemerintah berharap kehadiran Danantara dapat meningkatkan profesionalisme dan optimisme di pasar keuangan Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga telah mentransfer saham Seri B dari beberapa BUMN strategis ke dalam Danantara, termasuk Bank Tabungan Negara (BBTN), Waskita Karya (WSKT), Wijaya Karya (WIKA), Krakatau Steel (KRAS), dan Jasa Marga (JSMR).
- Mudik Hemat! Diskon Tarif Tol 20 Persen Berlaku Hari Ini, Simak Rincian Waktunya
- Gerak Saham BUMN Usai Dialihkan ke BKI: BBTN Naik di Tengah Pelemahan Himbara
- Inilah 5 Tokoh Global di Danantara: Ada Ray Dalio hingga Chapman Taylor
Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Danantara untuk menjadi salah satu SWF terbesar di dunia, dengan target aset kelolaan mencapai US$900 miliar.
Konsolidasi 7 BUMN Besar
Sebelumnya, pemerintah telah mengumumkan bahwa Danantara akan memulai dengan mengonsolidasi tujuh BUMN utama, yakni:
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
- Bank Mandiri (BMRI)
- Bank Negara Indonesia (BBNI)
- Telkom Indonesia (TLKM)
- Perusahaan Listrik Negara (PLN)
- MIND-ID
- Pertamina
Konsolidasi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing BUMN dalam skala global.
Susunan Tim Eksekutif dan Penasihat
Tim eksekutif Danantara terdiri dari berbagai tokoh yang memiliki pengalaman luas dalam investasi, manajemen risiko, dan kebijakan ekonomi.
Dewan Penasihat (Advisory Board)
Beberapa nama besar yang bergabung dalam Dewan Penasihat Danantara antara lain:
- Ray Dalio – Pendiri Bridgewater Associates, salah satu hedge fund terbesar di dunia dengan AUM sekitar US$170 miliar.
- Helman Sitohang – Mantan CEO Credit Suisse Asia-Pacific, dengan pengalaman menangani transaksi senilai lebih dari US$200 miliar.
- Jeffrey Sachs – Ekonom dari Columbia University, ahli dalam pembangunan berkelanjutan dan penasehat ekonomi global.
- Chapman Taylor – Manajer portofolio ekuitas di Capital Group, spesialis investasi di pasar Asia dan negara berkembang.
- Thaksin Shinawatra – Mantan Perdana Menteri Thailand, memiliki pengalaman dalam kebijakan ekonomi nasional.
Baca Juga: Inilah 5 Tokoh Global di Danantara: Ada Ray Dalio hingga Chapman Taylor
Direksi dan Manajemen
Tim eksekutif yang akan mengelola operasional Danantara mencakup para ahli di berbagai bidang, termasuk:
- Robertus Bilitea (Legal)
- Lieng-Seng Wee (Manajemen Risiko & Keberlanjutan)
- Arief Budiman (Keuangan)
- Ali Setiawan (Treasury)
- Mohamad Al-Arief (Hubungan Global & Tata Kelola)
- Rohan Hafas (Manajemen Pemangku Kepentingan)
- Ahmad Hidayat (Audit Internal)
- Sanjay Bharwani (Sumber Daya Manusia)
- Reza Yamora Siregar (Kepala Ekonom)
Reaksi Pasar: IHSG Berusaha Bangkit
Pasar saham Indonesia merespons pengumuman ini dengan pemulihan dari titik terendah intraday -4,7%, meskipun tetap ditutup turun di level 6.100 (-1,5%) pada perdagangan Senin, 24 Maret 2025. Saham-saham berkapitalisasi besar mendukung pemulihan ini, tetapi saham konglomerasi masih mengalami tekanan.
Menurut riset Algo Research, IHSG saat ini telah memasuki zona koreksi bearish setelah turun lebih dari 20% dari puncaknya di 7.800 pada September 2024 ke 6.100 (-21%).
"Investor tampaknya terlalu pesimis terhadap berbagai narasi negatif di media mengenai Danantara dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Kami melihat aksi jual yang terjadi lebih bersifat kepanikan daripada didasarkan pada fundamental," ujar Algo Research dalam laporan risetnya, dikutip Selasa, 25 Maret 2025.
Strategi Investasi: Fokus ke Saham Perbankan Besar
Algo Research merekomendasikan investor untuk memanfaatkan penurunan ini sebagai peluang membeli saham-saham kapitalisasi besar, terutama sektor perbankan. Urutan prioritas yang direkomendasikan adalah BMRI > BBCA > BBRI > BBNI.
Meski begitu, pasar diperkirakan akan bergerak sideways dalam jangka pendek, dengan risiko tambahan dari potensi tarif balasan dari AS yang diperkirakan akan diumumkan pada April 2025.
- ACES hingga BBRI Paling Gagah di LQ45 Pagi Ini
- IHSG Hari Ini Turun 43,91 Poin ke 6.179,48
- Link Live Streaming Australia Vs Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Tantangan dan Risiko Politik
Meskipun susunan tim Danantara terlihat menjanjikan, ada kekhawatiran mengenai pengaruh politik dalam pengelolaan SWF ini. Algo Research mencatat bahwa Danantara tetap berada di bawah pengawasan Presiden Indonesia, dengan Dewan Pengawas yang terdiri dari beberapa Menteri serta Dewan Pengarah yang mencakup dua mantan Presiden.
"Perlu waktu bertahun-tahun untuk benar-benar menilai apakah Danantara dapat menciptakan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia," kata Algo Research.