<p>PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek Indonesia) merayakan hari jadi ke-10 dengan menyebar promo pembelian GoFood, fitur layanan antarmakanan.<br />
Berlangsung selama dua bulan mulai 7 Oktober – 1 Desember 2020, Gojek melibatkan kurang lebih 43 outlet resto yang menjadi rekanannya.  / Gojek.com</p>
Nasional

Riset: Kontribusi Ekonomi Gojek di Surabaya Tembus Rp15,7 Triliun

  • Hasil riset Lembaga Demografi (LD) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) mencatat keberadaan transportasi daring milik dalam negeri Gojek mampu berkontribusi terhadap ekonomi Kota Surabaya sebesar Rp15,7 triliun pada 2019.

Nasional
Sukirno

Sukirno

Author

SURABAYA – Hasil riset Lembaga Demografi (LD) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) mencatat keberadaan transportasi daring milik dalam negeri Gojek mampu berkontribusi terhadap ekonomi Kota Surabaya sebesar Rp15,7 triliun pada 2019.

Wakil Kepala LD, Dr Paksi C.K Walandouw mengatakan pada 2019 kontribusi mitra PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau Gojek Indonesia dari lima layanan (GoRide, GoCar, GoSend, GoFood dan GoPay) ke perekonomian Indonesia mencapai Rp12,1 triliun bila menggunakan metode nilai tambah.

“Sementara di Surabaya dengan menggunakan metode pendapatan domestik regional bruto (PDB), ekosistem digital Gojek nilai produksinya mencapai Rp15,7 triliun atau menggerakkan 2,9 persen PDRB Kota Surabaya,” tuturnya kepada wartawan di Surabaya, Kamis, 1 Oktober 2020.

Dia mengatakan, mitra Gojek dari lima layanan juga berdampak besar terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Surabaya. Misalnya, penyedia bahan baku di pasar dan bengkel kendaraan juga mendapatkan manfaat dari kehadiran Gojek di Kota Surabaya, dengan mengalami peningkatan omzet sebesar 30%.

Efek Domino Gojek

Paksi mengatakan keberadaan Gojek di Surabaya juga menimbulkan efek domino di sektor lainnya.

“Dampak multiplier atau kontribusi tidak langsung keberadaan GoJek pada PDRB Surabaya di tahun 2019, mencapai Rp416 miliar. Ini dihitung dari pendapatan UMKM di luar ekosistem Gojek (seperti bengkel yang digunakan mitra pengemudi, atau pedagang pasar yang menjual bahan baku ke mitra GoFood) setelah Gojek beroperasi di Surabaya,” katanya.

Ia menjelaskan riset LD FEB UI ini juga dilakukan di beberapa wilayah Indonesia dengan menggunakan metode kuantitatif melalui wawancara tatap muka untuk melihat kontribusi Gojek di tahun 2019.

Sedangkan untuk riset di masa pandemi COVID-19 di Surabaya hasilnya, 69% mitra GoFood baru bergabung saat pandemi COVID-19 (sejak Maret 2020). Rinciannya, 95% adalah pengusaha skala mikro, dan 46% merupakan pengusaha yang pertama kali mulai berbisnis.

“Di masa pandemi ini kami melakukan survei secara daring. Jumlah responden mitra pengemudi dan UMKM untuk survei daring dan luring di Kota Surabaya adalah sebesar 3.927 mitra,” katanya.

Hasilnya, mayoritas mitra UMKM menganggap mampu beradaptasi di situasi pandemi karena berada di ekosistem Gojek. UMKM yang merasa mampu beradaptasi selama pandemi dengan menjadi mitra adalah 89% mitra UMKM GoFood, 97% mitra UMKM social seller pengguna GoSend, dan 89% mitra UMKM GoPay.

Sementara itu, penentuan responden penelitian dilakukan dengan pencuplikan acak sederhana (simple random sampling). Survei dilakukan pada mitra yang aktif dalam tiga bulan terakhir. Sampel penelitian ini mewakili populasi mitra pengemudi GoCar dan GoRide. Termasuk mitra UMKM GoFood dan GoPay mitra UMKM social seller pengguna GoSend.

“Riset ini merupakan salah satu riset dengan skala dan cakupan terbesar pada industri ekonomi digital Indonesia pada saat pandemi,” katanya. (SKO)