<p>Karyawati menunjukkan replika emas logam mulia di Butik Emas LM ANTAM, Kebun Sirih, Jakarta, Senin, 12 Oktober 2020. Harga emas pada perdagangan hari ini mengalami penurunan seiring dengan aksi ambil untung setelah naik tajam pada perdagangan sebelumnya. Berdasarkan informasi Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga emas ukuran 1 gram berada di level Rp1.017.000, turun Rp2.000. Sementara untuk harga emas Antam cetakan terkecil yakni 0,5 gram dibanderol dengan harga Rp Rp538.500, turun Rp1.000 dibandingkan dengan kemarin. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Gaya Hidup

Riset Pluang: Tren Investasi Milenial Saat Pandemi, Emas Jadi Favorit

  • Platform investasi online Pluang yang dikembangkan PT PG Berjangka melaporkan, sebanyak 32% generasi milenial mencoba instrumen investasi baru, yaitu emas.

Gaya Hidup
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Platform investasi online Pluang yang dikembangkan PT PG Berjangka melaporkan, sebanyak 32% generasi milenial mencoba instrumen investasi baru, yaitu emas.

Dari hasil riset tersebut juga diungkapkan bahwa alokasi kaum milenial untuk berinvestasi setelah pandemi lebih kecil, dibandingkan dengan alokasi sebelum adanya pandemi.

Riset tersebut dilaksanakan melalui sistem daring pada periode Juli – Agustus 2020 dengan melibatkan 5.500 responden di kota-kota besar Indonesia.

VP Business Development Pluang, Humprey mengatakan, pengurangan alokasi ini mengisyaratkan bahwa para milenial mencari alternatif instrumen investasi yang terjangkau. Namun, tetap memberikan return yang menjanjikan.

“Sebanyak 32% generasi milenial dilaporkan mencoba investasi baru yaitu emas. Ini merupakan persentase tertinggi dibandingkan dengan investasi lain yang banyak dikenal seperti reksa dana, saham, dan deposito,” ujarnya dalam sebuah webinar, Kamis 19 November 2020.

Selain keterjangkauan harga, kata Humprey, faktor ketidakpastian ekonomi dan juga harga emas yang sempat melambung di sekitar April-Juli 2020, diduga menjadi dorongan utama instrumen emas menjadi pilihan responden.

Ia menambahkan, responden juga mengubah pola konsumsinya selama pandemi COVID-19. Sebanyak 53% responden mengubah alokasi mereka untuk membeli suplemen, vitamin, dan mineral lebih banyak daripada periode sebelum pandemi.

“Alokasi untuk melakukan diagnosis kesehatan dan menabung juga menjadi lebih besar. Sebaliknya alokasi untuk berlibur menunjukan penurunan,” tuturnya.

Karyawati menunjukkan replika emas logam mulia di Butik Emas LM ANTAM, Kebon Sirih, Jakarta, Senin, 12 Oktober 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Dampak Pandemi

Pada riset itu juga dinyatakan bahwa masa pagebluk turut berdampak pada alokasi menabung dan berinvestasi milenial.

Alokasi untuk menabung mengalami sedikit peningkatan, sementara alokasi untuk berinvestasi menurun. Sedangkan, mayoritas responden menabung sebesar 5%-10% setelah pandemi.

Milenial memiliki skor literasi finansial dan pengetahuan untuk berinvestasi yang lebih tinggi, dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Namun, hal tersebut tidak berarti milenial memiliki banyak produk finansial dan produk investasi.

Menabung, terutama untuk tujuan tabungan keluarga, dana emergensi, serta dana pensiun, merupakan tiga teratas target finansial responden Pluang.

Kebutuhan akan dana likuid untuk digunakan dalam waktu singkat tampak lebih signifikan dibandingkan dengan kebutuhan untuk memiliki dana dalam jangka waktu lebih panjang.

“Dalam mencapai target finansialnya, mayoritas responden masih memilih untuk menabung uang tunai dibandingkan dengan berinvestasi,” ucap Humprey.

Hasil survei juga menunjukkan, untuk mencapai target keuangannya, kaum milenial lebih memilih menabung daripada berinvestasi. Sekitar 41% milenial lebih suka menabung, sementara 69% sisanya disalurkan ke jenis investasi lain.

Investasi fisik seperti emas tetap mendominasi dengan torehan 23%. Disusul oleh instrumen reksa dana sebanyak 13% dan saham sebesar 10%.

Mayoritas responden mengalokasikan hingga 40% dari pendapatan bulanan mereka untuk menabung dan berinvestasi. Sebagian besarnya juga memilih risiko berinvestasi sebagai faktor yang patut dipertimbangkan sebelum memilih instrumen investasi.

“Mayoritas responden, sekitar 80% memilih emas sebagai instrumen investasi yang direkomendasikan,” tutup Humprey. (SKO)