Risiko Fraud Mengintai di Balik Penggunaan Rupiah Digital
- CBDC adalah mata uang digital yang dikelola langsung oleh bank sentral, berbeda dengan cryptocurrency yang umumnya terdesentralisasi.
Fintech
JAKARTA - Central Bank Digital Currency (CBDC) atau Mata Uang Digital Bank Sentral tengah menjadi topik hangat di dunia keuangan global. Termasuk rencana Rupiah Digital
CBDC adalah mata uang digital yang dikelola langsung oleh bank sentral, berbeda dengan cryptocurrency yang umumnya terdesentralisasi.
Di Indonesia sendiri, Bank Indonesia (BI) kin tengah mempersiapkan produk Rupiah Digital sebagai produk CBDC domestik dan saat ini tengah berada di tahap penelitian.
- Negara-Negara dengan Skor IQ Tertinggi di Dunia
- 8 Cara Menggali Peluang Keuntungan di Dunia Aset kripto
- Sejarah Berdirinya Bank Mandiri
CBDC Rupiah Digital ini tidak akan menciptakan uang baru sehingga tidak akan menggantikan mata uang yang ada. Namun, elum ada jadwal pasti untuk peluncuran rupiah digital dan pihaknya belum melihat adanya urgensi untuk meluncurkannya dalam waktu dekat.
Rupiah Digital didesain melalui inisiatif Proyek Garuda sebagai langkah untuk mengintegrasikan ekonomi dan keuangan digital secara menyeluruh dalam agenda transformasi digital nasional.
Rupiah Digital nantinya akan diterbitkan sebagai pelengkap dari berbagai pilihan alat pembayaran yang sudah ada saat ini.
Risiko Fraud Rupiah Digital
Direktur PricewaterhouseCoopers (PwC) Jakarta, Budi Santoso, memberikan penjelasan tentang apa itu CBDC dan berbagai risiko yang mungkin menyertainya.
Meski menawarkan banyak keuntungan, Budi mengingatkan tentang beberapa risiko yang mungkin terjadi dengan adopsi CBDC:
- Penipuan Identitas: "Pelaku kejahatan bisa mencuri identitas pribadi pengguna untuk mengakses dan menggunakan CBDC," ujar Budi dikutip dari unggahan di akun Instagram resmi miliknya, Senin, 15 Juli 2024.
- Phishing: Budi menjelaskan bahwa teknik phishing dapat digunakan untuk memikat pengguna agar memberikan kredensial pribadi atau informasi keamanan mereka.
- Pencurian Wallet Digital: "Serangan siber bisa mengakibatkan pencurian CBDC dari wallet digital melalui hacking atau malware," tambah Budi.
- Manipulasi Pasar dan Insider Trading: Budi mengingatkan tentang risiko manipulasi pasar dan insider trading yang bisa dilakukan dengan cara yang lebih canggih daripada sistem mata uang tradisional.
- Kegagalan Teknis atau Kelemahan Sistem: "Sebagai teknologi baru, sistem CBDC mungkin memiliki kelemahan teknis atau kerentanan yang bisa dieksploitasi oleh pelaku kejahatan," ujar Budi.
- Duplikasi dan Double Spending: Menurut Budi, masih ada kemungkinan terjadi duplikasi atau pengeluaran ganda melalui celah-celah pada implementasi teknis.
- Scams dan Skema Ponzi: Budi juga menyebutkan bahwa, sama seperti kripto, ada potensi bahwa skema Ponzi dan penipuan lainnya bisa muncul seiring dengan adopsi CBDC.
- BEI Pelototi Saham WIKA Setelah Melesat Tajam Seminggu Terakhir
- Korban Indosurya Desak MA Batalkan PK June Indria dan Minta Eksekusi Penyitaan Aset
- Kontroversi Harga Tanah Rumah Pensiun Jokowi, Cek Aturannya
Keuntungan CBDC
Selain faktor risiko yang mengintai, Budi pun memaparkan beberapa keuntungan atas Rupiah Digital sebagai CBDC yang akan dikeluarkan oleh BI.
- Efisiensi Pembayaran: "Transaksi bisa dilakukan secara real-time, lebih cepat, dan efisien," kata Budi. Hal ini bisa memangkas waktu dan biaya transaksi secara drastis.
- Inklusi Keuangan: "CBDC dapat meningkatkan akses ke layanan keuangan bagi penduduk yang tidak memiliki akses ke bank tradisional," jelasnya. Ini berarti lebih banyak orang bisa terlibat dalam sistem keuangan formal.
- Kontrol Moneter: Budi menyatakan bahwa CBDC memungkinkan implementasi kebijakan moneter yang lebih efektif dan responsif terhadap kondisi ekonomi yang berubah.
- Keamanan dan Transparansi: "Dengan teknologi blockchain, CBDC dapat menawarkan tingkat keamanan dan transparansi yang tinggi," tambah Budi. Hal ini bisa mengurangi risiko penipuan dan meningkatkan kepercayaan publik.
- Pengurangan Biaya Operasional: Menurut Budi, "Pengurangan pencetakan dan pengelolaan uang kertas bisa mengurangi biaya operasional terkait dengan sistem moneter."
- Stabilitas Keuangan: Budi menyebut CBDC sebagai alternatif stabil dalam ekosistem keuangan digital, yang mungkin kurang volatil dibandingkan dengan kripto yang tidak diatur.
- Dukungan Kebijakan Publik: "CBDC dapat memfasilitasi implementasi dan distribusi efisien dari dana kebijakan publik, seperti bantuan sosial atau stimulus ekonomi, dengan cara yang dapat dilacak dan diaudit," ungkap Budi.
- Inovasi Layanan Keuangan: Budi menjelaskan bahwa CBDC dapat mendorong inovasi dalam sektor layanan keuangan, membuka peluang baru untuk produk dan layanan.