Ritel Didorong Jadi Motor Penggerak Ekonomi
JAKARTA – Pemerintah mengharapkan bisnis ritel dapat menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi di era tatanan normal baru saat ini. Untuk itu, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto meminta para pelaku usaha ritel agar berupaya menjalankan bisnis ritel dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, baik bagi pekerja maupun konsumennya. Selain Mendag, narasumber pada kegiatan ini adalah Ketua Penasehat Himpunan […]
Industri
JAKARTA – Pemerintah mengharapkan bisnis ritel dapat menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi di era tatanan normal baru saat ini.
Untuk itu, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto meminta para pelaku usaha ritel agar berupaya menjalankan bisnis ritel dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, baik bagi pekerja maupun konsumennya.
Selain Mendag, narasumber pada kegiatan ini adalah Ketua Penasehat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Handaka Santosa dan Chief Marketing Officer (CMO) Lazada Monika Rudijono. Acara yang disiarkan langsung di kanal Youtube IDN Times ini dipandu oleh Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis.
“Pemerintah memandang bahwa keselamatan masyarakat tetap menjadi prioritas utama nasional. Namun, ekonomi nasional juga harus diselamatkan dengan tetap mengutamakan kesehatan masyarakat,” kata Agus dalam diskusi virtual, Kamis, 18 Juni 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurut catatan Kemendag, kontribusi sektor ritel masih berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi meskipun tumbuh melambat selama masa pandemi COVID-19. Pada kuartal I-2020, kontribusi sektor ritel terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai 10,68%.
“Capaian ini tidak jauh berbeda dibanding kuartal sebelumnya selama lima tahun terakhir,” jelas Agus.
Sebagaimana diketahui, konsumsi domestik memberikan kontribusi lebih dari 50% terhadap PDB selama lima tahun terakhir. Selain itu, pada triwulan I-2020, kontribusi konsumsi terhadap PDB tercatat naik hingga 58,14%.
Dalam masa transisi, sejumlah pusat perdagangan memang telah dibuka secara bertahap, meski begitu Agus mengungkapkan hal tersebut tidak bisa langsung mengembalikan 100% omzet. Namun, dengan adanya aktivitas perdagangan, paling tidak pelaku usaha tetap mendapat pemasukan.
Untuk itu, Kemendag mendorong pemerintah untuk memberikan insentif untuk bisnis ritel di masa pandemi COVID-19. Usulan ini telah disampaikan kepada Menteri Kordinator Bidang Perekonomian berdasarkan masukan dari pelaku usaha terkait.
“Semoga dalam waktu dekat, usulan insentif tersebut dapat segera direalisasikan,” terang dia.
Dengan kontraksi ekonomi saat ini, Kemendag mencatat ada penurunan daya beli masyarakat kelas menengah hingga 30%. Selain daya beli yang tertekan, masyarakat juga mengalami perubahan pola transaksi karena adanya penurunan keinginan untuk berbelanja karena cenderung menghindari penularan virus selama pandemi.
“Kombinasi dari berbagai hal tersebut menyebabkan bisnis ritel kehilangan potensi penerimaannya hingga 70%.”