logo
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Bursa Saham

Roller Coaster Saham Big Banks, Apa yang Harus Dipahami Investor?

  • Harga saham bank-bank besar pada perdagangan Rabu, 12 Februari 2025, mengalami fluktuasi yang signifikan. Setelah dibuka di sesi awal perdagangan, harga saham tersebut kini, sekitar pukul 11.36 WIB, kembali berada di zona merah.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Harga saham bank-bank besar pada perdagangan Rabu, 12 Februari 2025, mengalami fluktuasi yang signifikan. Setelah dibuka di sesi awal perdagangan, harga saham tersebut kini, sekitar pukul 11.36 WIB, kembali berada di zona merah.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang sempat melonjak ke level Rp4.940 per saham pada pagi tadi, kini kembali melemah 0,61% ke level Rp4.850 per saham, sehingga saham ini masih belum berhasil keluar dari tren negatif.

Sementara itu, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mengalami hal yang serupa. Kini kedua saham tersebut bertengger di level masing-masing Rp4.000 per saham dan Rp9.000 per saham. 

Satu-satunya saham big banks yang masih berada di zona hijau adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Saham perbankan yang berlogo warna oranye ini bertengger di level Rp4.180 per saham, atau naik 2,70%. 

Fluktuasi harga saham perbankan ini menyebabkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lesu, mengingat bobot saham-saham big banks yang cukup besar. Pasalnya, secara year-to-date, seluruh saham big banks mengalami pelemahan.

Direktur Utama BRI, Sunarso, menyatakan bahwa penurunan harga saham tidak hanya dialami oleh BBRI, tetapi juga oleh bank-bank dengan kapitalisasi pasar besar. “Ini masalah pasar dan BBRI tidak bisa sendirian membangun pasar. Saya, sebagai CEO, akan lebih fokus mengerjakan hal-hal yang berada dalam kendali kami,” ujarnya dalam Paparan Kinerja Kuartal IV-2024 BRI, Rabu, 12 Februari 2025.

Menurut Sunarso, ia akan fokus untuk menjaga fundamental perusahaan melalui tiga strategi: pertama, menggerakkan tim sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG). 

Kedua, disiplin menerapkan manajemen risiko, terutama di tengah situasi penuh tantangan, namun tetap berupaya tumbuh dengan baik dan berkelanjutan; dan ketiga, menjaga resiliensi performa. 

Ia menambahkan bahwa jika perusahaan menjaga fundamental dengan baik namun pasar tidak merespons, maka masalahnya bukan terletak pada fundamental perusahaan. BBRI sendiri telah melaporkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp60,64 triliun pada 2024. 

Sementara laba bersih bank only mencapai Rp54,84 triliun, tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp53,15 triliun.“Jika respons pasar tidak baik, itu bukan masalah fundamental,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Sigit Prastowo, mengatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham, termasuk faktor global dan kondisi makro Indonesia. 

“Ini sedikit banyak menjadi faktor penurunan harga saham,” ujarnya setelah acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) pada Selasa, 11 Februari 2025 di Jakarta.

Sigit menambahkan bahwa kinerja internal Bank Mandiri tetap solid. Berdasarkan laporan keuangan, BMRI mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp55,78 triliun per 2024, tumbuh 1,31% dibandingkan dengan Rp55,06 triliun pada 2023. “Kami yakin harga saham akan perlahan kembali ke level yang baik,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, juga menyatakan bahwa kinerja internal perbankan saat ini masih solid. BBNI mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp21,5 triliun sepanjang 2024, naik 2,7% dibandingkan dengan capaian tahun lalu yang sebesar Rp21,11 triliun. 

“Fundamental bank-bank juga bagus. [Pelemahan harga saham saat ini] disebabkan oleh situasi global yang bergejolak,” tuturnya setelah acara PTIJK pada Selasa, 11 Februari 2025.